Menyatukan Keberagaman Umat Beragama Lewat Kopi Toleransi

Saling menghargai meskipun tidak mengutarakan identitas

Medan, IDN Times- Bhikku Dhirapunno (27) atau lebih sering disebut BDP merupakan salah seorang pemuda yang aktif dalam berbagai kegiatan lintas iman di Kota Medan. Diakuinya, bertemu dengan multi etnis dan budaya di kota ini membuatnya ingin mengenal keberagaman secara dekat. Bahkan bertemu di ruang kafe rasanya lebih mudah untuk mempererat kebersamaan.

"Sebenarnya untuk lintas agama sendiri, saya bergerak sejak 2014. Untuk di Kota Medan mulai dari 2016. Kalau di Medan kan multi etnis. Banyak budaya dan suku, saya rasa untuk bertemu di ruang kafe rasanya lebih mudah untuk mempererat kebersamaan," ujar Bhikku Dhirapunno kepada IDN Times, Sabtu (4/11/2021). 

1. Saling merhargai satu sama lain meskipun tidak mengutarakan identitas keagamaan

Menyatukan Keberagaman Umat Beragama Lewat Kopi ToleransiIlustrasi keberagaman Pexels/mentatdgt

Pria kelahiran 21 April 1994 ini bercerita bermula dari sebuah tema kegiatan yang pernah diselenggarakannya, akhirnya Kopi Toleransi lahir. Singkat, namun kini ruang diskusi yang diinisiasi Bhikku Dhirapunno bersama pemuda lintas iman itu aktif melakukan berbagai kegiatan pemuda lintas iman di Medan.

"Dari diskusi, mereka ingin kopi toleransi ini berjalan menjadi kegiatan rutin. Jadi banyak yang awalnya masih jarang ke rumah ibadah, namun kini udah sadar dan lebih rutin," tuturnya. 

Dilanjutkannya, mereka yang tergabung dalam Kopi Toleransi adalah sejumlah orang dari berbagai lintas iman. Meskipun tidak semua mengutarakan identitas keagamaannya, mereka saling menghargai satu sama lain. 

"Jadi memang kalau di Kopi Toleransi ini mereka yang tergabung dari lintas iman. Tidak semua yang mengutarakan identitas keagamaanya. Karena masih banyak yang belum diakui. Mereka berpedoman kepada Pancasila dan UUD-45. Itu sebagai pedoman. Ada Parmalim, Pemena, Atheis, Baha'i, dan lain-lain," ucap Bhikku Dhirapunno. 

2. Perselisihan dapat diminimalisir jika sudah mengenal lebih dekat satu sama lain

Menyatukan Keberagaman Umat Beragama Lewat Kopi ToleransiIstimewa/IDN Times

Katanya, dalam kegiataan Kopi Toleransi, mereka juga mengantisipasi gesekan jika terjadinya perbedaan pendapat antar kelompok. Menurutnya, perselisihan dapat diminimalisir jika sudah mengenal lebih dekat satu sama lain.

"Mungkin nantinya jika terjadi gesekan dan perbedaan usai pesta politik, kita lebih mudah menjelaskan yang terjadi tidak seperti itu. Menjelaskan agar tidak melebar ke antar agama. Apapun suku kamu, walapun beda agama, kita tetap Indonesia," tuturnya. 

Dalam kegiatan Kopi Toleransi, tak jarang pula pemuda-pemudi lintas iman menyelenggarakan acara sosial. Seperti membersihkan masjid dan gereja bergantian. Bahkan baru-baru ini melakukan aksi bagi masker gratis di masa pandemik COVID-19 ini.

"Pemuda-pemudi lintas iman membersihkan gereja, masjid dan pembagian masker juga dilakukan di masa pandemik COVID-19 ini," ujarnya. 

3. Bhikku Dhirapunno berkesempatan bertemu dengan banyak pemuda lintas iman di Kopi Toleransi

Menyatukan Keberagaman Umat Beragama Lewat Kopi ToleransiIstimewa/IDN Times

Dalam perjalan Kopi Toleransi, Bhikku Dhirapunno berkesempatan bertemu dengan banyak pemuda lintas iman. Salah satu yang ditemuinya adalah Muhammad Idris, pendakwah Ahmadiyah.

"Setelah kopi toleransi berjalan, jalan dua tahun saya bertemu dengan beberapa aliran kepercayaan. Di dalam kopi toleransi ini siapapun bisa bergabung. Saya bertemu dengan pemuda pemudi lintas iman di komunitas ini salah satunya itu Ustad Idris," cerita pria kelahiran 1994 itu. 

4. Mengenal keberagaman lintas iman tak asing bagi Ustad Idris

Menyatukan Keberagaman Umat Beragama Lewat Kopi ToleransiIstimewa/IDN Times

Hal yang sama disampaikan Ustad Muhammad Idris, Ahmadiyah. Sejak bergabung di Kopi Toleransi, ia menyadari bahwa dirinya mengenal lebih dekat berbagai aliran kepercayaan masyarakat di Kota Medan.

Mengenal keberagaman lintas iman tak asing bagi Idris. Hal itu sudah diketahuinya sejak menjadi guru ngaji di Kepulauan Fiji, negara kepulauan di selatan Samudra Pasifik sejak 2009. 

"Saya menjadi guru ngaji di Kepulauan Fiji selama 8 tahun. Dari sana lah saya mengenal keberagaman. Sudah terbiasa saya berinteraksi dengan pemuda lintas iman dan agama di sana," bebernya.

"Sampai di Medan 2017. Saya melihat Bhikku yang ada di Bandara Kualanamu, Medan. Ternyata banyak juga Budha di Medan. Pemandangan itu gak saya lihat di daerah lain," katanya.

Singkat cerita, ia ingin mengenal aliran kepercaayaan orang lain secara lebih dekat dan mengetahuinya langsung dari orang yang menganut. 

"Saya ingin kenal lebih dekat. Kemudian singkat cerita, saya mengenal Bhikkhu Dhirapunno di Vihara. Saya datangin ke sana, ngobrol," ucapnya. 

Baca Juga: Cerita Dhirapunno, Tulis Buku dari Perenungan dan Pengalaman Hidup

5. Rasa ingin mengenal lintas iman lainnya juga berlanjut, Ustad Idris ingin mengenal lebih dalam Parmalim

Menyatukan Keberagaman Umat Beragama Lewat Kopi ToleransiInstagram.com/uletifan

Dari percakapan itu, katanya, ia mengenal Kopi Toleransi. Bhikku Dhirapunno mengajak Idris bergabung pada 2018. "Dari sana, kemudian saya ikut dalam salah satu acara yang diselenggarakan di salah satu Gereja di Kabanjahe, dialog pertama mewakili Ahmadiyah di sana," kenangnya.

Rasa ingin mengenal lintas iman lainnya juga berlanjut, Idris ingin mengenal lebih dalam Parmalim. "Saya lihat di Medan, ini banyak agama yang penganutnya juga sama. Saya datang ke rumah ibadah mereka," ujarnya.

6. Berharap bisa memberikan kebebasan untuk melakukan ibadah kepada orang lain yang berbeda aliran kepercayaan

Menyatukan Keberagaman Umat Beragama Lewat Kopi ToleransiSupported by: Kemendikbud (Indonesiana), Wardrobe: Erigo, Location: Monumen Proklamasi dan Shangri-La Hotel, Make Up Artist: @bygiovannivika & @davinastmaymua (Hellobeauty.id), Photographer: Ismail Ibnu Pasha

Dalam peringatan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) yang diperingati setiap 10 Desember. Bhikku Dhirapunno berharap kepada pemerintah dan masyarakat agar bisa memberikan kebebasan untuk melakukan ibadah kepada orang lain yang berbeda aliran kepercayaan. 

"Memberikan kebebasan untuk melakukan ibadah masing-masing tanpa harus menilai yang benar dan yang salah. Jadi sesuai dengan pedoman pancasila, keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Itu merupakan satu dasar memberikan hak untuk orang lain," ujar Bhikku Dhirapunno.

"Pemuda saat ini lebih terbuka soal keberagaman. Tapi tetap harus diajak dan didorong. Saya berharap generasi muda lebih paham untuk toleransi kebebasan berpikir dan keyakinan orang lain," sambung Ustad Idris. 

Baca Juga: Cerita Dhiropunno, Biksu Penjaga Toleransi di Kota Medan

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya