Nek Nuraini Nikmati Masa Tua dengan Hiburan di TV Tabung

"Jika harus beli alat STB, lebih baik beli beras aja"

Medan, IDN Times - Terhitung 8 hari lagi, secara internasional tiap tanggal 21 November diperingati sebagai Hari Televisi. Bertepatan dengan peringatan itu, Indonesia kini tengah berada di transisi dari tv analog ke digital.

Setelah 60 tahun menemani rakyat Indonesia, TV analog akhirnya harus pergi dan diganti.

Saat ini, Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika telah mematikan TV analog di 230 kabupaten/kota dari total 514 kabupaten kota di Tanah Air.

Transisi ini bukan tanpa kendala, mulai dari sosialisasi, Set Top Box (STB), hingga penerapan kebijakan ini pada stasiun tv-tv lokal, dan lain-lain.

Kominfo sudah membagikan ratusan ribu Set Top Box (STB) secara gratis. Tapi, ini tak cukup mengingat kembali bahwa harganya pun tidak bisa dibilang murah, minimal sekitar Rp200ribu dengan kualitas sesuai standar.

Berikut IDN Times rangkum cerita Kakek dan Nenek yang keberatan jika adanya aturan TV Digital.

1. Nek Nuraini berpikir jika harus beli alat STB maka lebih baik beli beras dan sembako

Nek Nuraini Nikmati Masa Tua dengan Hiburan di TV TabungKakek Ramli bersama istrinya Nenek Nuraini sedang menonton TV tabung kesayangannya (IDN Times/Indah Permata Sari)

Di Kota Medan, banyak yang merasa keberatan dan sedih atas kebijakan terkait perubahan transisi TV analog ke digital. Seperti yang dirasakan Nenek Nuraini (58) bersama suaminya Kakek Ramli (68) mewakili masyarakat.

Dirumah berwarna cet biru berukuran 6x9 meter mereka sudah tinggal selama 38 tahun. Meskipun terbilang luas, namun isi rumah ini juga hanya seadanya yang ditata serapi mungkin agar nyaman untuk hidup berdua.

Memasuki rumah kakek dan nenek ini, maka disambut langsung oleh kursi kayu model jaman dahulu dan lemari hiasnya.

Jika membelok sedikit ke kanan terdapat ruang santai berukuran sekitar 1,5 meter x 1 meter yang terpampang jelas ada satu unit TV tabung dengan kondisi masih terbilang bagus warna dan suaranya.

Mengingat TV Tabung yang masih aktif dipakai oleh kakek nenek ini, maka mereka sangat tidak menginginkan TV Digital.

Mereka merupakan warga Jalan Antariksa Gg. Pipa 2 Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia mengakui bahwa, TV tabung ukuran 21 inci ini telah lama menemani hampir 30 tahun silam menjadi hiburan mereka berdua.

“Kalau bisa TV biasa gini saja lah tidak usah transisi, apalagi berbayar-bayar beli alatnya lagi. Sekarang ini masa sulit. Timbang beli alatnya, bagus uang itu beli beras atau sembako,” ujarnya sambil mata berkaca-kaca mengingat kondisi ekonomi yang sulit.

Selain hiburan, bagi mereka TV juga merupakan sumber dari segala informasi.

2. Masa tua dengan penghasilan seadanya

Nek Nuraini Nikmati Masa Tua dengan Hiburan di TV TabungKakek Ramli bersama istrinya Nenek Nuraini sedang menonton TV tabung kesayangannya (IDN Times/Indah Permata Sari)

Nuraini mengatakan bahwa, di masa tua mereka tak memiliki banyak penghasilan. Apalagi keduanya sama-sama tidak bekerja tetap. Hanya mengandalkan anak-anak dan suami sebagai mekanik sepeda motor, itu pun jika dipanggil oleh pemilik bengkel.

Ia juga pernah bekerja sebagai Kader Posyandu/PKK serta pendataan Sensus. Tahun lalu, masih ikut mendata dari Dinas Sosial terkait pendataan PKH guna menutupi kebutuhan sehari-hari.

“Untuk pendapatan hari-hari gak ada, karena si Bapak di bengkel juga udah gak kuat, udah tua. Apa yang ada dimanfaatkan. Beras itu bisa nanti 5 kg untuk 2 Minggu,” jelas Nuraini.

Kebutuhan untuk berdua, Nuraini mengatakan bisa menghabiskan Rp10ribu hingga Rp20ribu perharinya dikarenakan hanya tinggal berdua.

“Nanti beli ikan 3 ons sama sayur sedikit udah cukup, cabe satu ons udah cukup,” tambahnya.

Sembari tidak memiliki kegiatan, Nuraini juga menemani anak-anak yatim piatu untuk berdoa dari satu rumah ke rumah yang lain.

3. Berharap TV miliknya tak padam karena beralih pada TV digital

Nek Nuraini Nikmati Masa Tua dengan Hiburan di TV TabungKakek Ramli bersama istrinya Nenek Nuraini sedang menonton TV tabung kesayangannya (IDN Times/Indah Permata Sari)

Sementara itu, Nuraini bersama Ramli mengakui kaget karena tak pernah mendengar harga dari alat STB tersebut apalagi sosialisasinya.

“Belum ada pernah dengar sosialisasinya sama sekali,” tuturnya.

Jikalau nantinya, aturan ini berjalan dan TV tabung kesayangannya berakhir maka hidup mereka tak ada lagi hiburan.

“Sangat keberatan (adanya transisi TV analog ke TV Digital) karena dengan penghasilan seperti ini tapi kalau ada penghasilan tetap setiap bulan sekian ya gak keberatan. Kadang pendapatan sampai 3 bulan gak ada, bukan tiap bulan dapat,” jelasnya.

Dirinya berharap, siaran TV tabung kesayangan milik mereka tidak padam atau beralih ke TV digital seperti aturan yang telah dibuat oleh Pemerintah saat ini.

“Kalau bisa siaran TVnya tetap yang sama, jangan diganti dengan digital,” harapnya.

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya