Cerita Tugino, 10 Tahun Tak Pernah Gagal Menjadi Pawang Hujan 

Jadi Jaka Tarub dengan berpedoman pada kalender Jawa

Deli Serdang, IDN Times - Jaka Tarub, nama ini sudah tak asing lagi bagi para masyarakat Indonesia. Berbeda halnya pada kisah legenda Jaka Tarub dengan 7 bidadari yang diartikan secara umum, yang dimaksud di sini adalah pawang hujan.

Percaya gak percaya, diketahui ada orang yang berkemampuan memindahkan hujan. Seperti seorang pria bernama Tugino asal Desa Kolam atau Kampung Kolam di Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara.

IDN Times berkesempatan untuk berbincang soal cerita pengalaman Tugino saat menjadi Jaka Tarub.

1. Awal dilakukan hanya untuk kalangan keluarga

Cerita Tugino, 10 Tahun Tak Pernah Gagal Menjadi Pawang Hujan Tugino, salah seorang pawang hujan di Kampung Kolam, Percut Sei Tuan, Deli Serdang, Sumut (Dok.IDN Times/istimewa)

Terhitung sudah 10 tahun lamanya Tugino si pawang hujan atau biasa disebut masyarakat sekitar adalah Jaka Tarub. Selama itu pula, ia dipercaya dan mampu menggeser hujan. Terkhusus jika ada pesta pernikahan (hajatan) warga setempat.

"Menjalani profesi ini terhitung sudah 10 tahun. Awalnya dulu dilakukan pada kalangan keluarga, namun lama kelamaan orang-orang mengetahui kelebihan Gino sehingga sana sini dipanggil untuk menjadi Tarub," jelas Tugino.

Baca Juga: Cerita di Balik Pawang Hujan, Harus Tirakat hingga Tahan Dicaci Maki

2. Belajar dengan pedoman kalender Jawa

Cerita Tugino, 10 Tahun Tak Pernah Gagal Menjadi Pawang Hujan Ilustrasi Kalender (IDN Times/Arief Rahmat)

Dalam ceritanya, Tugino mendasari ilmu tersebut dengan belajar yang berpedoman pada kalender Jawa. "Ada belajar juga, melihat ringkel-ringkel (melihat kalender dari Jawa). Ritual khusus gak ada," ujarnya.

Jika ada tanggal yang menurutnya tidak cocok pada hari hajatan tersebut, maka ia akan menyarankan atau menggantikannya menurut kalender yang tepat.

"Gak berani (untuk melanjutkan tanggal hajatan jika tidak cocok). Memang semua hari baik. Cuma istilahnya ada yang jelek ada yang bagus," jelasnya.

Hal yang dilakukannya meliputi pendaringan atau mengunci beras untuk tetap tak kekurangan saat para tamu undangan, izin pemasangan teratak pada makhluk gaib, hingga penggeseran awan atau pawang hujan.

"Jaka Tarub itu pemasang teratak pesta, nanti masangnya dikasih syarat," ujarnya.

3. Sebelum acara, Tugino sampaikan kepada makhluk gaib adanya hajatan

Cerita Tugino, 10 Tahun Tak Pernah Gagal Menjadi Pawang Hujan Tugino, salah seorang pawang hujan di Kampung Kolam, Percut Sei Tuan, Deli Serdang, Sumut (Dok.IDN Times/istimewa)

Selain menentukan hari untuk pesta (hajatan) yang berpedoman pada kalender Jawa, serta melakukan pemasangan teratak. Ia juga mengakui mempermisikan atau menyampaikan kepada makhluk gaib akan ada acara pesta tersebut sebelum harinya.

"Permisi lah sama mereka (bunian), nanti mereka bilang pesta, 'kok rumahku dipijak-pijak'," kata Gino sambil memperagakannya.

4. Tugino akui semua diserahkan pada Yang Maha Kuasa

Cerita Tugino, 10 Tahun Tak Pernah Gagal Menjadi Pawang Hujan Tugino, salah seorang pawang hujan di Kampung Kolam, Percut Sei Tuan, Deli Serdang, Sumut (Dok.IDN Times/istimewa)

Menurut Gino, untuk kepercayaan hujan juga tetap diserahkan ke Tuhan Yang Maha Kuasa. Ia hanya sebagai perantara. "Cuma geser-geser awannya saja, ada doanya. Penggeseran itu ada hafalannya, doanya. Tapi Bahasa Jawa hafalnya," jelasnya.

Gino mengakui selama menjadi Jaka Tarub, ia belum pernah gagal untuk cuaca pesta warga. "Bawang, cabai juga di kasih disetiap sudut. Ada juga makanan apa yang dimakan diletakkan di keranjang saat pesta. Sekarang sudah mau hilang itu," tuturnya.

Selama 10 tahun menjadi pawang hujan, dia kerap bertugas di wilayah Deli Serdang dan Kota Medan.

5. Direncanakan akan turunkan ilmu pada anaknya

Cerita Tugino, 10 Tahun Tak Pernah Gagal Menjadi Pawang Hujan Ilustrasi hujan (IDN Times/Sukma Shakti)

Sedangkan untuk penghasilan dari pawang hujan yang dipercayai masyarakat sekitar, ia dibayar se-ikhlasnya (tergantung warga atau yang memiliki hajatan).

"Syaratnya ada, tapi gak bisa dipatokkan (nominal angka pembayaran). Misalnya sekian gitu. Kalau dikasih senang, kalau gak dikasih ya berarti belum rezeki," kata Gino.

Gino juga merencanakan akan menurunkan ilmu Tarub tersebut kepada anaknya. Hanya saja sang anaknya tidak menginginkan.

Baca Juga: 6 Cara Mengendalikan Hujan Secara Sains, Tanpa Pawang atau Ritual Gaib

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya