Kisah Jumira Makan Nasi Jagung, Dampak Harga Beras Mahal

Diharapkan harga beras bisa turun kembali

Medan, IDN Times - Jumira warga Jalan Sepakat, Dusun III, Lengau Seprang, Tanjung Morawa, Deli Serdang berinisiatif untuk memasak beras dicampur dengan jagung. Hal ini karena dampak dari kenaikan harga bahan pokok (bapok).

Cara ini yang bisa dilakukan perempuan berusia 41 tahun yang merupakan untuk tetap bisa makan bersama keluarganya dan menghemat dari penghasilan seadanya.

“Kalau gak pakai jagung, masak berasnya 1 kg sehari. Kalau pakai jagung ini gak sampai 3 mug atau sekilo masih da sisanya jadi bisa berhemat,” ucap Jumira.

Untuk harga beras yang dibeli Jumira Rp14 ribu per kilogram, sedangkn jagung Rp8 ribu perkilogram.

1. Setiap memasak menggunakan kayu-kayu hasil pencarian Jumira sendiri di sekitar rumah

Kisah Jumira Makan Nasi Jagung, Dampak Harga Beras MahalJumira berinisiatif memasak nasi dicampur jagung karena dampak beras mahal (IDN Times/Indah Permata Sari)

Tanpa kompor gas, Ibu dua anak itu hanya menggunakan kayu untuk memasak. Beras dan jagung yang sudah dicampurnya siap diletak diatas kayu hingga tanak. Memasak dengan menggunakan kayu memang sudah hal biasa dan dilakukan Jumira sejak dari dulu.

“Gak pernah pakai kompor gas karena gak ada, ingin membelinya mahal yang penting nasinya masak,” katanya.

Kayu-kayu untuk memasak ini, didapatnya dari hasil pencarian sendiri disekitaran Desa Lengau Seprang setiap seminggu sekali.

Baca Juga: Dalam 3 Jam Bahan Pokok di Mobil Pasar Murah Keliling Ludes Diserbu 

2. Diharapkan harga beras bisa turun kembali

Kisah Jumira Makan Nasi Jagung, Dampak Harga Beras MahalJumira berinisiatif memasak nasi dicampur jagung karena dampak beras mahal (IDN Times/Indah Permata Sari)

Dari inisiatifnya mencampurkan beras dengan jagung ini, ia mengakui bisa lebih hemat dari biasanya. Perempuan kelahiran 1982 ini bisa memasak nasi 1 kg untuk 4 orang yang ingin makan yakni dia, suami dan dua anaknya.

Dengan keterbatasannya karena faktor ekonomi, Jumira berharap harga beras bisa kembali lagi turun.

“Semoga harga beras ini murah, untuk membantu orang yang gak punya,” katanya.

Selain itu juga bisa memiliki kompor gas, dan menempati rumah yang layak. “Harapannya ya ingin senang, ini seperti tetangga lainnya seperti punya kompor gas, rumah yang selayaknya,” harap Jumira.

3. Selain IRT, Jumira menjadi buruh cuci jika dipanggil orang

Kisah Jumira Makan Nasi Jagung, Dampak Harga Beras MahalJumira berinisiatif memasak nasi dicampur jagung karena dampak beras mahal (IDN Times/Indah Permata Sari)

Di rumah berlantai semen, dinding tepas dan beratap seng berwarna hijau dengan ukuran panjang sekitar 8 langkah kaki dan lebar 5 langkah kaki ini ia bersama keluarganya hidup. Selain menjadi Ibu Rumah Tangga (IRT), Jumira memiliki kegiatan sehari-hari menanam padi di sawah orang. Itupun jika lagi musim sawah.

Jika tidak, maka ia menjadi buruh cuci pakaian saat dipanggil orang. Semua dilakukannya untuk membantu mencukupi kebutuhan di keluarga.

Upah yang didapat Jumira dari hasil cuci pakaian yang dipanggil orang Rp30 ribu hingga Rp50 ribu. Tapi tidak setiap hari ada. “Anak yang ditanggung 2 orang, suami mocok-mocok (tak punya pekerjaan tetap). Kadang ngaret, cabut ubi yang penting ada per harinya,” tambahnya.

Jumira mengatakan bahwa upah hasil suami dibawa pulang tidak sampai Rp100 ribu. “Ya gak tentu kadang Rp90 ribu, kadang Rp50 ribu,” pungkasnya.

Sedangakn untuk harga beras mencapai Rp14 ribu per kilogram, dan jagung Rp8 ribu per kilo gram.

Baca Juga: Nikmati Sensasi Mie Tarempa Kuliner Khas Kepri di Medan

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya