Cerita Santri dari Pesantren Darul Hikmah, Awalnya Berat Kini Seru

Selamat Hari Santri Nasional ya

Medan, IDN Times - Tanggal 22 Oktober hari ini diperingati sebagai hari santri nasional. Sejak era perjuangan kemerdekaan hingga upaya memertahankan NKRI peran pesantren dan santri tak bisa dilepaskan.

Hari Santri Nasional ditetapkan Presiden Joko 'Jokowi' Widodo sejak 22 Oktober 2015. Bagaimana kehidupan para santri dan santriwati di Medan? 

IDN Times datang ke salah satu pesantren tengah kota Medan Pesantren Darul Hikmah di Jalan Pelajar Timur Kota Medan.

1. Marianda harus minjam HP untuk berkomunikasi dengan orangtuanya tentang kebutuhan di pesantren

Cerita Santri dari Pesantren Darul Hikmah, Awalnya Berat Kini SeruMarianda, salah satu santriwati di Pesantren Darul Hikmah Taman Pendidikan Islam (IDN Times/Indah Permata Sari)

Marianda salah satu santriwati di Pesantren Darul Hikmah mengisahkan awal dia masuk ke pesantren dikatakan karena orangtua yang meminta agar bisa mendalami ilmu agama Islam. “Pertama kali masuk pesantren, karena awal dari SD negeri itu berat banget. Apalagi pertama teman-teman pesantren pakai bahasa Arab kalau bicara,” katanya yang menjabat sebagai pengurus OSPIDAH (Organisasi Pelajar Santri Darul Hikmah) sekaligus juga pengurus bagian bahasa di santriwati.

Sekitar 3 tahun, perempuan yang bercita-cita dokter ini baru bisa merasa nyaman untuk beradaptasi hingga bahasa sudah mulai lancar. Saat ini, dirinya katakan masih belum bisa memenejemen waktu antara belajar untuk persiapan kuliah nanti dan mengurus hal lain. “Tahun depan saya merencanakan untuk lanjut pendidikan di bahasa Inggris. Saya ingin mendalami bahasa saya,” tambahnya.

“Hari santri, saya sedih di tahun terakhir saya jadi santri. Semoga kedepannya lebuh banyak calon-calon santri dan santriwati yang datang ke pesantren untuk nuntut ilmu agama islam,” jelasnya.

Baca Juga: 22 Oktober Hari Santri, Diharapkan Jadi Libur Nasional 

2. Santri yang merencanakan diri untuk bisa menjadi programmer

Cerita Santri dari Pesantren Darul Hikmah, Awalnya Berat Kini SeruRahmat Maulana, salah satu santri di Pesantren Darul Hikmah Taman Pendidikan Islam (IDN Times/Indah Permata Sari)

Di Pesantren yang sama, Rahmat Maulana Miftah menimba ilmu. Pria berusia 18 tahun ini memiliki cita-cita programmer dan desainer. Berbekal hanya ingin mengetahui apa itu santri, ia mencoba untuk masuk.

“Saya ingin masuk pesantren coba-coba, dari diri sendiri,” kata Rahmat yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Dikatakannya sudah sering mencoba di laboratorium komputer milik pesantren untuk menjadi desainer website dan lainnya.

Sejauh ini, Rahmat merasa masih aman dan lancar dalam pembelajaran. Meskipun, diawal masuk menjadi santri merasa berat. “Sebelumnya saya dulu sekolah madrasah juga, Ibtidaiah. Ada tidaknya kendala itu tergantung kita, kalau kita mau belajar serius pasti dapat semuanya” ucapnya asli dari Kota Pinang, Labuhanbatu Selatan.

Dia berharap anak-anak santri yang lain tidak banyak mengeluh karena di pesantren banyak mendapatkan pembelajaran dan skill agar menjadi bekal di kehidupan kelak.

3. Biaya yang dikeluarkan saat masuk pesantren

Cerita Santri dari Pesantren Darul Hikmah, Awalnya Berat Kini SeruSuasana di Pesantren Darul Hikmah Taman Pendidikan Islam (IDN Times/Indah Permata Sari)

Juriani sebagai orangtua dari salah satu santriwati Darul Hikmah Taman Pendidikan Islam Medan mengatakan alasan masuk anak pertamanya (dari dua bersaudara) ke pesantren agar dapat memprioritaskan dan mendalami ajaran agama Islam.

“Baik itu karakter, akhlak dan keagamaan harus melekat pada diri anak-anak. Dia masuk bulan Juni,” ucapnya.

Diakui Juriani bahwa, si anak yang memilih untuk masuk ke pesantren. Untuk biaya keseluruhan Rp800 ribu per bulan. “Saya gak memaksakan, dia yang mau masuk pesantren. Kita bawa ke beberapa pesantren dan pilihannya di sini,” kata Juriani.

“Sebagai orangtua kita mau anaknya itu kedepannya lebih baik, karena begitu pentingnya pendidikan agama Islam untuk membekali mereka kedepannya. Nanti selesai dari sini saya kembalikan lagi kepada anak saya, dia mau bagaimana,” tutup Juriani yang datang dari Serdang Bedagai untuk memberi obat ke anaknya. 

Baca Juga: Sejarah Hari Santri Sedunia 22 Oktober

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya