Ketahui Dampak Golput pada Pemilu, Yuk Gunakan Hak Suara Kamu

Yuk datang ke bilik suara pada 14 Februari 2024

Besok Rakyat Indonesia akan memilih Calon Presiden-Wakil Presiden dan DPR, DPRD, dan DPD. Menariknya, pada pemilihan umum nanti, pemilih yang terdaftar itu didominasi oleh para pemilih muda. Berdasarkan data KPU, ada sebanyak 56,4 persen pemilih muda, yang artinya sudah melebihi setengah dari total Daftar Pemilih Tetap (DPT).

Dari total pemilih 204 jutaan orang, pemilih milenial mencapai 66,8 juta orang dan pemilih generasi Z mencapai 46,8 juta orang. Itu artinya suara Gen Z dan milenial akan sangat menentukan hasil pemilu 2024.

Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, berpendapat, golput atau "golongan putih" selalu diidentikkan dengan bentuk ketidakpedulian dan kekecewaan yang justru akan menimbulkan masalah politik dan berdampak besar terhadap pembangunan bangsa.

"Golput itu bukan pilihan, golput itu bentuk ketidakpedulian dan kekecewaan yang justru akan menimbulkan masalah politik dan berdampak terhadap pembangunan bangsa," kata seperti dilansir ANTARA beberapa waktu lalu.

Ia mengatakan, sikap apatis yang diimplementasi melalui golput justru tidak akan menyelesaikan persoalan dan berdampak terhadap pembangunan bangsa, karena tidak ada kepedulian terhadap nasib bangsa ke depan.

Ketahui Dampak Golput pada Pemilu, Yuk Gunakan Hak Suara Kamu-

Oleh karena itu, kata dia, sekurang apapun kandidat capres dan cawapres yang saat ini ditawarkan, tetap harus dipilih sesuai hati nurani dan rasionalitasnya. "Pilih yang terbaik dari yang ada menurut hati dan rasionalitas," kata dia.

Ia pun mengingatkan kembali fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menyatakan bahwa praktik golput itu haram, sehingga hukumnya berdosa jika dilakukan.

"Artinya, bagi umat Islam terikat dengan fatwa MUI tersebut, ya kalau golput dan diam diri di rumah tidak memilih ya haram. Berdosa,"katanya.

Selain itu, praktek golput dinilainya juga berpengaruh terhadap legitimasi pemilihan umum itu sendiri. Jika partisipasi pemilih rendah, maka pemilu tersebut juga dapat dianggal telah gagal. 

"Dalam konteks ini, legitimasi capres cawapres yang terpilih pun akan rendah. Oleh karena itu, tingkat partisipasi itu penting," ujarnya.

Ia pun mengimbau masyarakat untuk datang ke bilik suara pada 14 Februari 2024 mendatang untuk menyalurkan hak pilihnya.

"Karena jika golput maka jangan salahkan jika akan mengalami kerugian jika di kemudian hari sosok yang terpilih menjadi pemimpin mengeluarkan kebijakan yang tidak sesuai harapan," kata dia.

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya