Pengungsi Rohingya Mengaku Dijanjikan Hidup Damai di Indonesia

Pengungsi Rohingya ditinggal kapten kapal

Deli Serdang, IDN Times - Masyarakat Desa Karang Gading dan Kuala Besar berbondong-bondong datang ke camp pengungsi Rohingya. Mereka datang ada yang hanya ingin melihat kondisi pengungsi, sampai ada pula yang secara rutin memberi bantuan berupa makanan hingga pakaian, Senin (01/01/2024). 

Sampai saat ini isu kedatangan pengungsi Rohingya menjadi buah bibir di kalangan masyarakat, terkhusus masyarakat Sumut yang baru-baru ini didatangi oleh sebuah kapal yang memuat 150 pengungsi Rohingya di Desa Karang Gading, Deli Serdang. 

1. Pengungsi Rohingya anggap masyarakat Indonesia baik

Pengungsi Rohingya Mengaku Dijanjikan Hidup Damai di IndonesiaMuhammad Said pengungsi Rohingya yang mengatakan ingin hidup damai di Indonesia (IDN Times/Eko Agus Herianto)

IDN Times berkesempatan mewawancarai salah seorang pengungsi yang bernama Muhammad Said. Ia mengaku dirinya berasal dari Bangladesh. 

"Kami datang ke sini, sebab kami ingin mendapatkan kehidupan yang lebih damai dan enak. Kami semua muslim, itu sebabnya kami berada di sini. Tidak ada negara yang menerima kami karena kami muslim di Bangladesh, jadi kami memutuskan untuk pergi. Indonesia adalah negara muslim yang masyarakatnya juga baik-baik," kata Said dengan menuturkan kalimat berbahasa Inggris. 

2. Selama 22 hari mengarungi lautan menuju Indonesia

Pengungsi Rohingya Mengaku Dijanjikan Hidup Damai di IndonesiaWarga Desa Karang Gading dan Kuala Besar berbondong-bondong lihat kondisi pengungsi Rohingya, Senin (01/01/2023)

Said adalah salah satu pengungsi asal Bangladesh yang buka suara di depan awak media. Berdasarkan keterangan darinya, bukan tanpa alasan mereka berbondong-bondong datang ke Indonesia.

"Total dari kami 150 orang. Kami sudah 22 hari mengarungi laut hingga pada akhirnya menepi di tempat ini," lanjutnya.

3. Datang ke Indonesia karena terlibat agensi dan janji palsu

Pengungsi Rohingya Mengaku Dijanjikan Hidup Damai di IndonesiaSebanyak 147 pengungsi asal Rohingya terdampar di Desa Karang Gading, Labuhan Deli, Deli Serdang, Sumut. Kini mereka tinggal di penampungan sementara. (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Said angkat suara tentang mengapa dirinya dan pengungsi lain bisa sampai ke Indonesia. Awalnya mereka mengikuti sebuah agensi, di mana mereka dijanjikan hidup enak di Indonesia dan mendapatkan pekerjaan. Tak ragu dirinya mengikuti ajakan itu, bahkan ia membawa anaknya yang umurnya masih di bawah 5 tahun. 

"Kami percaya sama Kapten Kapal. Untuk sampai di sini kami membayar tiket yang per orangnya ditagih 30.000, 35.000, sampai 40.000 Taka (mata uang Bangladesh). Harganya bisa berbeda-beda, saya memberi 40.000, namun untuk anak-anak di bawah 15 tahun digratiskan," aku Said. 

Dirinya juga menceritakan jika agensi yang diikutinya bersama 150 pengungsi lain diatur oleh setidaknya 3 petugas. Di antaranya adalah manager, staff manager, dan kapten kapal. 

"Sebelum kapal kami karam, kapten kapal berpindah ke kapal lain. Dia meninggalkan kami," pungkasnya. 

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya