Mengenal Sekolah Adat Sihaporas, Wadah Anak-anak Desa Belajar Budaya

Diberi ilmu soal tanaman herbal hingga wilayah adat

Simalungun, IDN Times - Ada yang menarik pada pagelaran malam solidaritas masyarakat adat yang digelar di Parapat. Di mana ramai anak-anak dari Sekolah Adat Sihaporas yang menunjukkan kebolehannya dalam berlakon.

Dibimbing oleh guru dan orang tuanya, mereka ikut menyatakan sikap untuk mempertahankan wilayah adat dari cengkeraman PT. Toba Pulp Lestari (TPL).

Kepada IDN Times, Putri Ambarita selaku fasilitator menjelaskan jika Sekolah Adat Sihaporas merupakan sekolah informal yang diadakan setiap hari Minggu setelah pulang dari gereja. Anak-anak yang belajar di sana juga terdiri dari berbagai kalangan umur.

Baca Juga: Malam Solidaritas Masyarakat Adat, Wujud Melawan Kejahatan Lingkungan

1. Sekolah informal yang mempelajari budaya, adat istiadat, hingga kerajinan tangan

Mengenal Sekolah Adat Sihaporas, Wadah Anak-anak Desa Belajar Budayaanak-anak sekolah adat Sihaporas menari tor-tor bersama (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Banyak hal yang diajarkan di Sekolah Adat Sihaporas. Anak-anak dididik agar cerdas dan paham mengenai kebudayaan yang ada di sekitar mereka, di samping keterbatasan yang ada di desa tersebut.

"Kami belajar kebudayaan, adat istiadat, bahasa ibu, hingga kerajinan tangan mabbau yang berupa tas dari tumbuhan. Itu adalah buatan sekolah dibantu dengan orang tua," kata Putri.

Sekolah Adat Sihaporas memutuskan untuk ikut aksi solidaritas dan membela Sorbatua Siallagan karena mengalami hal yang sama. Di Sihaporas, mereka juga merasakan kerusakan lingkungan dan perselisihan yang diakibatkan oleh PT. TPL.

"Perjuangan kami dengan Pak Sorbatua sama. Kita selaku masyarakat mendukung perjuangan mereka dan akan terus mengawal kasus ini. Karena dia (Sorbatua) pejuang tanah leluhur. Beliau bukan kriminal dan penjahat," ujarnya.

2. Anak-anak juga diajarkan seputar tanaman herbal

Mengenal Sekolah Adat Sihaporas, Wadah Anak-anak Desa Belajar BudayaAnak-anak Sekolah Adat Sihaporas mempertunjukan drama di malam solidaritas masyarakat adat (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Sekolah informal yang diselenggarakan setiap Minggu siang ini uniknya mengajarkan pola konservasi khas masyarakat adat. Tak hanya itu, mereka juga belajar tanaman-tanaman obat yang sejak dulu berkontribusi bagi masalah medis masyarakat Sihaporas.

"Kami juga belajar tanaman-tanaman herbal. Seperti yang dimanfaatkan sebagai obat sakit gigi, sakit perut, dan lain-lain. Segalanya ini didapatkan dari harangan. Tapi lambat laun tanaman-tanaman herbal mulai punah karena banyak ditebang," kata Lenny Sirait, pengajar drama Sekolah Adat Sihaporas.

Dirinya mengatakan jika masyarakat adat Sihaporas sampai saat ini sering bergantung kepada obat-obatan herbal. Untuk itulah mengapa ilmu seputar obat-obatan juga diajarkan di sekolah ini

"Masyarakat Sihaporas bahkan lebih percaya tanaman herbal dibanding obat-obatan sachet atau medis," tambahnya.

3. Para siswa diajarkan untuk mempertahankan wilayah adat

Mengenal Sekolah Adat Sihaporas, Wadah Anak-anak Desa Belajar BudayaAcara malam solidaritas masyarakat adat dihadiri ratusan kelompok masyarakat (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Tak disangka oleh Lenny jika anak-anak yang ia didik lihai berlakon di depan ratusan masyarakat adat. Mereka dengan luwes menunjukkan apa yang telah terjadi di tengah masyarakat lewat sebuah drama.

"Drama yang disajikan adalah cerminan apa yang telah tersaji di Sihaporas. Anak-anak itu berlakon menunjukkan tanahnya yang sudah tidak subur lagi dikarenakan tumbuhan ekaliptus dari PT. TPL yang banyak menyerap air," kata Lenny.

Perselisihan antara masyarakat adat Sihaporas dengan PT. TPL sangat dekat dialami anak-anak. Lenny mengatakan jika ada anak yang bapaknya dikriminalisasi akibat bertentangan dengan perusahaan tersebut.

"Di Sekolah Adat Sihaporas, anak-anak semakin diingatkan bahwa perjuangan mempertahankan wilayah adat bukan hanya tugas orang tua saja, tapi harus dibentuk sejak dini karena perjuangan butuh penerus. Kami mengajarkan adat dan budaya agar saat mereka besar dapat mempertahankan wilayah adatnya," pungkas Lenny.

Baca Juga: Jalan Terjal Masyarakat Adat Kawasan Toba Lawan PT Toba Pulp Lestari

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya