Malam Solidaritas Masyarakat Adat, Wujud Melawan Kejahatan Lingkungan

Dihelat sebagai bentuk mempertahankan wilayah adat

Simalungun, IDN Times - Masyarakat adat menggelar malam solidaritas, Sabtu (06/04/2024) di tepian Danau Toba. Tak hanya kelompok masyarakat adat Dolok Parmonangan, namun acara malam solidaritas ini juga didatangi oleh masyarakat adat dari Toba, Humbang Hasundutan, Natumingka, Siaphoras, hingga Dairi.

Melalui momen budaya yang dihelat di Taman Pagoda, mereka merefleksikan perjalanan dan perjuangan masyarakat adat di Tano Batak, lewat beragam kegiatan yang menyimpan pesan-pesan ekologis untuk kebaikan bumi. Tak hanya itu, malam solidaritas ini juga sebagai bentuk dukungan penuh terhadap pembebasan tokoh adat Simalungun, Sorbatua Siallagan. 

1. Acara malam solidaritas sebagai bentuk perlawanan terhadap perampasan hak masyarakat adat

Malam Solidaritas Masyarakat Adat, Wujud Melawan Kejahatan LingkunganMasyarakat adat dan anak-anak sekolah adat menari tor-tor bersama (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Tampak ratusan masyarakat adat bersama-sama melakukan ritual adat, menyaksikan Gondang Mula-mula, Somba, dan Mangaliat, hingga melakukan renungan teologia. Perhelatan yang semua pesertanya kompak mengenakan pakaian hitam dan ulos ini menunjukan betapa solidnya masyarakat adat dalam membela hak-haknya.

"Acara ini merupakan bentuk perlawanan terhadap kesewenangan dan perampasan hak-hak terhadap masyarakat adat. Beberapa dekade bahkan sampai saat ini, janji untuk berpihak kepada masyarakat masih dipertanyakan. Melalui malam solidaritas, kita Aliansi Gerak Tutup TPL bersama seluruh masyarakat adat kembali melihat situasi yang terjadi di negeri ini khususnya Danau Toba," kata Anggiat Sinaga, Ketua Aliansi Tutup TPL.

Tak hanya ritual-ritual adat, malam solidaritas ini juga diisi beragam pertunjukan lain seperi atraksi mossak, puisi kolaborasi, hingga menggelar nonton bareng. Semua dihelat sebagai upaya memantik semangat masyarakat adat untuk berani memperjuangkan hak-haknya.

"Kita refleksikan kehancuran lingkungan atau kriminalisasi malam ini. Saya selalu menegaskan jika perjuangan ini tetap dilakukan. Bersama kita mendorong dan mengajak seluruh warga negara untuk memberikan dukungan terhadap situasi yang kita alami di sini," ujarnya.

Baca Juga: Ikut Aksi Membela Sorbatua, Istri dan Anak Roganda Diteror di Rumahnya

2. Masyarakat adat tak ingin ada Sorbatua lain yang dikriminalisasi

Malam Solidaritas Masyarakat Adat, Wujud Melawan Kejahatan LingkunganRitual adat yang dilakukan di malam solidaritas sebagai upaya mengharapkan perlindungan bagi masyarakat adat Sabtu, 06/04/2024 (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Tak hanya masyarakat adat yang berusia dewasa, acara ini juga didatangi anak-anak dari sekolah adat. Mereka menari tor-tor bersama masyarakat adat dan pengunjung yang berada di kawasan Parapat.

Anggiat Sinaga mengatakan jika misi lain malam solidaritas ialah untuk membela Sorbatua Siallagan yang sudah lebih dua minggu ditahan pihak kepolisian. Di mana sebelumnya mereka juga telah tiga kali datang jauh-jauh menyambangi Polda Sumut untuk menjemput ketua adat mereka namun tak berhasil.

"Ini malam solidaritas untuk masyarakat dan bumi, kita mengajak solidaritas untuk perjuangan rakyat yang dikriminalisasi oleh perusahaan, khususnya Amang Sorbatua. Kita minta dukungan yang konkrit. Kita tak ingin ada Sorbatua Sorbatua lain yang ditangkap oleh negara dan perusahaan perusak lingkungan," katanya.

Anggiat menilai jika perampasan hak rakyat masih terjadi. Di mana ia merasa peraturan pemerintah belum berpihak kepada masyarakat adat dan petani. Kawasan Danau Toba yang mereka impikan sangat ramah dan lestari, kini terancam rusak secara ekologis.

"Semoga ke depan melalui malam ini gerakan perlawanan terhadap perusak lingkungan harus ditingkatkan. Kekerasan aparat harus dihentikan begitu juga dengan kriminalisasi. Semoga malam ini menjadi pemacu semangat kita dalam perjuangan masyarakat adat dan petani di kawasan Danau Toba," harapnya.

3. Malam solidaritas diharapkan dapat menjadi bola es yang besar dalam melawan ketidakadilan

Malam Solidaritas Masyarakat Adat, Wujud Melawan Kejahatan LingkunganAcara malam solidaritas masyarakat adat dihadiri ratusan kelompok masyarakat (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Acara refleksi malam solidaritas dipimpin oleh Pendeta Jurito. Ia menginginkan jika pertemuan yang dihadiri beragam kelompok masyarakat adat ini dapat menjadi bola es yang besar untuk menyuarakan keadilan, khususnya dalam melawan PT. Toba Pulp Lestari (TPL).

"Saya siap menghadapi apapun ketika kerinduan kita terhambat karena bumi yang diciptakan oleh Tuhan sampai saat ini dirusak. Hanya di bumi tempat manusia bisa hidup. Ketika ini dirusak, maka peradaban akan musnah. Kita membenci perusahaan yang merusak lingkungan dan tatanan," kata Pendeta Jurito.

Dirinya mengatakan jika seluruh manusia diperintah untuk memelihara ciptaan Tuhan. Tak hanya sesama manusia, namun dunia dan seisinya. 

"Kekuasaan mereka (PT. TPL) adalah kekuasaan yg merusak. Sejatinya kekuasaan itu adalah untuk memelihara lingkungan. Kita harus terpanggil untuk memelihara bumi dan seisinya untuk jadi tempat berdiam bersama anak cucu dan hidup sejahtera. Saya sangat terharu, kita dari berbagai elemen dan organisasi malam ini berdoa bersama dan ikut dalam solidaritas Amang Sorbatua yang ditangkap," pungkasnya.

Baca Juga: Sorbatua Ditangkap, Masyarakat Adat Ancam Nginap di Polda Sumut

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya