Kampung Sei Minyak yang 22 Tahun Tak Dialiri Listrik Masuk TNGL

Kecamatan pertanyakan identitas warga

Langkat, IDN Times - Kampung Sei Minyak, Desa Harapan Maju, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara yang tak tersentuh listrik selama 22 tahun disebut masih berada di lokasi kawasan hutan Taman Nasional Gunung Lauser (TNGL). Hal ini dikatakan Camat Seil Lepan Muhammad Iqbal Ramadhan, Kamis (5/1/2023).

Iqbal juga sempat menyinggung mengenai identitas warga yang tak jelas."Sebenarnya dari awal mereka tidak mempunyai Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan mereka berada di kawasan Taman Nasional Gunung Lauser (TNGL) serta lebih dekat dengan Kecamatan Besitang," kata Iqbal.

1. Untuk kepentingan Pilkades warga pengungsi diduga dibuatkan KTP dan KK

Kampung Sei Minyak yang 22 Tahun Tak Dialiri Listrik Masuk TNGLWarga di Langkat yang memanfaatkan lilin dan lampu teplok sebagai penerangan. (IDN Times/ istimewa)

Kampung itu dihuni ratusan kepala keluarga (KK). Mereka hanya bisa menerangi dengan lilin dan lampu seadanya. Sementara genset terbatas dan harus membayar cukup mahal. 

Kepemilikan identitas yang saat ini dikantongi oleh warga di sana, jelas dia, lebih dikarenakan adanya kepentingan seseorang calon pada Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Langkat beberapa waktu lalu. Data warga yang awalnya merupakan masyarakat pengungsi dari konflik di Aceh ini, dibuatkan KTP dan Kartu Keluarganya (KK).

"Karena ada kebutuhan pilkades, ada yang memanfaatkan kondisi untuk menjadikan mereka jadi warga Kecamatan Sei Lepan. Mereka masuk ke Desa Harapan Maju. Sesuai wilayah peta desa, warga yang tak dialiri listrik ini, tidak masuk ke dalam peta desa. Karena mereka bermukim di wilayah TNGL," terang Iqbal.

Baca Juga: Warga Sei Minyak Hidup Dalam Kegelapan, 22 Tahun Tak Tersentuh Listrik

2. Lokasi yang dikatakan Kampung Sei Minyak disebut masih masuk kawasan TNGL

Kampung Sei Minyak yang 22 Tahun Tak Dialiri Listrik Masuk TNGLWarga di Langkat yang memanfaatkan lilin dan lampu teplok sebagai penerangan. (IDN Times/ istimewa)

Munculnya cerita sebuah kampung di Langkat yang tidak tersentuh aliran listrik, jelas dia, membuat dirinya sempat bertanya-tanya dan mencari tahu kembali. Sebab, di Desa Hamparan Perak, baru kemarin sudah dimasukkan aliran listrik. Desa itu dihuni hampir seribu KK. 

"Makanya, sesaat abang-abang telpon kemarin terkain ada kampung dalam kondisi gelap karena tidak masuk aliran listrik. Saya kembali mengecek ke lapangan dan bertanya kepada kepala dusun (Kadus) disana. Sehingga baru terjawab semuanya, jika barak induk Kota Buluh dan tidak masuk kecamatan mana pun karena itu wilayah TNGL," terang dia.

3. Camat akui akan memberikan solusi agar warga mendapat hak yang sama

Kampung Sei Minyak yang 22 Tahun Tak Dialiri Listrik Masuk TNGLWarga di Langkat yang memanfaatkan lilin dan lampu teplok sebagai penerangan. (IDN Times/ istimewa)

Karena itulah, papar Iqbal, pihaknya tidak bisa sembarangan mencatut sebarangan wilayah. Meski demikian, mereka juga

bagian dari warga Indonesia dan memiliki hak yang sama. Kini pihaknya akan mencari solusi terbaik untuk kebersamaan. "Mereka juga masyarakat Indonesia. Saya cari tahu jalannya dulu dan nanti apakah PLN mau atau bisa masuk ke daerah TNGL," ungkap Iqbal.

Sedangkan pada waktu itu, Iqbal menambahkan, jika Pemerintah Kabupaten (Prmkab) Langkat juga sudah memberikan uang kepada warga untuk pindah dari lokasi. Namun setelah uang dikasih, ternyata warga yang awalnya direlokasi tak pindah-pindah sana hingga sampai sekarang ini.

"Nanti coba kita cari solusi terbaiknya ya. Nanti saya kabari perkembangannya," tegas Iqbal.

4. Manfaatkan lilin dan lampu teplok, 22 tahun warga Sei Minyak hidup dalam kegelapan

Kampung Sei Minyak yang 22 Tahun Tak Dialiri Listrik Masuk TNGLilustrasi lilin (unsplash.com/sixteenmilesout)

Sebelumnya permasalahan ini sempat mencuat dan viral di media sosial (Medsos). Sebuah perkampungan yang tidak masuk listrik selama 22 tahun. Sekitar 150 KK menetap di Kampung Sei Minyak, Desa Harapan Maju, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara.

Bahkan diakui salah satu warga bernama Heri, jika untuk menerangi perkampungan pada malam hari mereka hanya memanfaatkan lilin, lampu teplok dan genset yang memikili keterbatasan.

Merekapun berharap agar kampung mereka yang merupakan warga pengungsian dari konflik Aceh, dialiri listrik, sehingga dapat dipergunakan untuk keperluan sehari-hari. Selain itu kondisi jalan serta pendidikan sempat dikeluhkan warga di sana.

Baca Juga: Kerap Terdampar Pengungsi Ilegal, Aceh Bakal Bentuk Satgas Khusus

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya