Sejarah Ekowisata Tangkahan, Ada Gajah Jinak untuk Patroli

Gajah jinak dimanfaatkan untuk berpatroli

Terletak di kaki Gunung Leuser, Tangkahan sebelumnya dikenal sebagai episentrum illegal logging. Ratusan pohon ditebang setiap hari.

Desa kecil Tangkahan dibangun setelah masyarakat melihat kerusakan yang diakibatkan oleh penebangan aktif antara tahun 1980 - 1990. Masyarakat memutuskan untuk menghentikan penebangan liar di dalam kawasan Leuser dan mengembangkan kawasan tersebut menjadi tujuan ekowisata yang berkelanjutan.

1. Gajah-gajah diajak sekelompok pawang berpatroli dan melindungi hutan setempat

Sejarah Ekowisata Tangkahan, Ada Gajah Jinak untuk PatroliTiga ekor gajah menyusuri sungai sambil membawa makanan menuju kandangnya di kawasan Tangkahan, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara. (Mirza Baihaqie for IDN Times)

Pada tahun 2001, masyarakat memutuskan dan menyepakati peraturan tetap yang melarang penebangan liar dan Institut Wisata Tangkahan didirikan. Dari sinilah Unit Respon Konservasi dibentuk di mana gajah-gajah yang mengalami masalah mulai diselamatkan dan dilatih.

Penduduk setempat terbangun oleh banjir bandang di Bukit Lawang pada tahun 2003 yang menewaskan sedikitnya 200 orang dan menghancurkan ratusan tempat tinggal.

Gajah-gajah tersebut kemudian diajak sekelompok pawang berpatroli dan melindungi hutan setempat. Pengunjung dapat bergabung dengan gajah untuk mandi pagi dan sore, tetapi ini adalah sesuatu yang perlu dilakukan secara hati-hati sehingga tidak terjadi ekploitasi gajah.

Pengunjung juga dapat melihat gajah-gajah yang sedang beraktivitas bersama pawangnya dari kejauhan atau dari tepian hutan.

2. Ada 7 gajah terlatih di Tangkahan

Sejarah Ekowisata Tangkahan, Ada Gajah Jinak untuk PatroliTangkahan (instagram.com/syaraisa1902)

Tangkahan adalah destinasi ekowisata yang terletak di Kabupaten Batang Seragan Langkat dan dikenal sebagai 'Surga Tersembunyi' karena berada di persimpangan dua sungai yaitu Sungai Buluh dan Batang. Wilayah ini juga dikelilingi oleh Taman Nasional Gunung Leuser.

Hanya 2,5 jam berkendara di sepanjang jalan berbatu bergelombang melalui perkebunan kelapa sawit skala besar dan desa, Tangkahan adalah tempat yang sempurna untuk bersantai dan mengagumi pemandangan alam.

Meskipun dahulunya terkenal sebagai pusat penebangan pohon illegal, desa ini menjadi salah satu surga tersembunyi di Sumatera Utara. Tidak ada lagi penebangan liar. Tidak ada lagi kayu gelondongan di sepanjang Sungai Batang Serangan. Ekosistem hutan hujan dipulihkan, dan sekarang Tangkahan terkenal sebagai ekowisata yang berpusat pada gajah.

Tangkahan terkenal karena melihat Gajah Sumatera yang telah diselamatkan, dilatih dan digunakan sebagian untuk berpatroli di hutan, menjadikannya destinasi unik di Sumatera Utara. Meskipun banyak pengunjung datang untuk melihat Gajah Sumatera, Tangkahan memiliki 17.000 hektar hutan yang hampir tak tersentuh. Kawasan ini dihuni oleh orangutan liar, tempat adanya air terjun, gua, dan sumber air panas yang siap untuk dijelajahi.

Ada 7 gajah terlatih di Tangkahan yang tersedia untuk trekking hutan meskipun peran utama mereka adalah untuk berpatroli dan melindungi Taman Nasional dari kegiatan ilegal seperti perburuan hewan dan penebangan liar. 

Gajah-gajah ini adalah gajah asli yang dulunya terlibat dalam perusakan ladang dan rumah di desa-desa sekitarnya. Sekarang mereka berfungsi untuk melindungi tidak hanya desa tetapi juga gajah lain di alam liar.

3. Lingkungan Taman Nasional Gunung Leuser dan hutannya juga masih terjaga dengan baik

Sejarah Ekowisata Tangkahan, Ada Gajah Jinak untuk PatroliTangkahan (instagram.com/tangkahan_)

Program ekowisata di Tangkahan memberikan penghidupan yang baik bagi penduduk setempat, baik dalam bisnis penginapan, penyediaan makanan dan minuman, perawatan gajah, dan pemandu wisata untuk menjelajahi hutan. Lingkungan Taman Nasional Gunung Leuser dan hutannya juga masih terjaga dengan baik.

Sekarang sudah ada jembatan gantung untuk menyeberangi sungai sehingga tidak perlu lagi menyeberangi sungai dengan perahu. Dari pusat pengunjung berjalan menyusuri sungai ke kiri dan pengunjung akan menemukan jembatan gantung.

Jembatan ini menjadi terkenal setelah masuk ke dalam video musik salah satu penyanyi Indonesia.

Pegunjung dapat menyeberangi jembatan gantung ini untuk sampai ke beberapa penginapa seperti Jungle Lodge, Mega Inn, Linnea Resort, Bamboo River Hotel, dan Wakyon Guest House.

Baca Juga: Brandan Bumi Hangus, Kisah Heroik Para Pejuang Kemerdekaan di Langkat

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya