Puskesmas Batangtoru Terjunkan Kader untuk Berburu Pasien TBC Paru

Berkat PTAR, Puskesmas Batangtoru punya fasilitas lengkap

Batangtoru, IDN Times – Menurut World Health Organitation (WHO) sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis. TBC adalah infeksi penyebab kematian nomor satu di Indonesia dalam kategori penyakit menular.

Di Indonesia setiap 30 detik satu orang tertular Tuberkulosis atau TBC, dan rata-rata 13 orang meninggal setiap satu jam. Saat ini Indonesia menjadi negara dengan beban TBC tertinggi ketiga di dunia.

Tak ingin warganya jadi korban kematian TBC, Puskesmas Batangtoru mengambil langkah cepat. Rudi Iskandar Harahap selaku Kepala Puskesmas Batangtoru mengatakan sudah menerjunkan kader-kader TBC ke desa-desa untuk mendata pasien khusus TBC Paru.

“Kami menggerakkan kader-kader TBC untuk pengawasan obatnya. Ini hasil kesepakatan dengan PT Agincourt Resources, dari mereka mereka biaya transportasinya sedangkan pekerja medisnya dari puskesmas,” ungkap Rudi kepada IDN Times awal September 2019.

Puskesmas Batangtoru Terjunkan Kader untuk Berburu Pasien TBC Parunearsay.com

Kerja sama seperti ini, tambah Rudi, hanya ada di Batangtoru. Bahkan di daerah-daerah lain tidak terjadi sehingga banyak kader-kader TB di daerah lain yang cemburu.

“Kita punya tenaga promotor dua orang, analis satu orang, untuk pemberi obat dua orang, dan dokter satu orang. Mereka ini yang bekerja langsung ke lapangan. Jika mendapat kabar ada yang terkena TBC Paru akan langsung diberi obat lalu dilacak penularannya dari mana,” jelas pria yang sudah lima tahun menjabat Kepala Puskesmas ini.

Untuk penanganan TBC Paru ini, menurutnya memang harus gerak cepat dan jemput bola. Jika tidak, akan menular ke orang terdekat dan terus berkembang penularannya. Karena penyebaran TBC Paru ini sangat mudah, hanya melalui batuk saja akan langsung tertular.

“Satu hal lagi yang paling penting adalah pengawasan minum obatnya. Kalau sehari saja tidak diminum akan ulang lagi dari awal, jadi pasien harus diawasi betul-betul komsumsi obatnya agar sembuh dan tidak menularkan ke orang lain,” ungkap Rudi.

Hingga kini sudah ada 150 orang yang sudah sembuh dari TBC Paru serta dalam proses penyembuhan.

Adanya kader TBC Paru adalah satu dari sekian banyak kerja sama antara PTAR selaku pengelola Tambang Emas Martabe dengan Puskemas Batangtoru. Sejak 2014 kedua pihak ini terus menjalin kerja sama yang baik.

Hal yang paling nyata adalah pembangunan gedung Puskesmas Batangtoru. Dengan gelontoran dana CSR sekitar Rp5 Miliar pada tahun 2015, kini Puskesmas Batangtoru menjadi puskesmas terbesar di Sumatera Utara.

Dilengkapi ruang rawat inap dan IGD 24 jam, poli gigi, poli kesehatan ibu dan anak, poli KB, poli persalinan, poli imunisasi, ruang bayi, ruang tunggu, klinik gizi, klinik sanitasi, klinik remaja serta dilengkapi aula dan ruang perawat serta dokter.

Bahkan Puskesmas itu memiliki laboratorium dan alat pemeriksaan kehamilan (USG) yang juga bantuan dari PTAR. Ini bagian program untuk mencegah kematian ibu dan anak.

Tidak hanya itu, Puskesmas juga dilengkapi sejumlah unit rumah dinas, pekarangan dan area parkir yang cukup luas dan ambulans yang juga bantuan dari PTAR.

"Sekarang ada total 61 SDM di sini, 20 bidan desa, dan 16 bidan PNS. Rata-rata melayani 30-40 pasien per hari. Kalau sedang pekan, jumlahnya lebih banyak lagi,” jelas Rudi.

Saat ini yang tengah diurus PTAR adalah Izin Pengelolaan Air Limbah (IPAL). Sehingga puskesmas bisa mengelola air limbah sendiri.

“Permintaan kami pada PTAR juga untuk pembangunan musala dan pengaadan mikroskop canggih untuk memeriksa TB Paru. Karena analisnya sudah ada. Agar lebih spesifik tahu penyakitnya,” ungkapnya.

Galakkan Program Kebersihan Lingkungan Stop BABS

Puskesmas Batangtoru Terjunkan Kader untuk Berburu Pasien TBC Paruvnmedbook.com

Selain penanganan TBC Paru, PTAR dan Puskesmas Batangtoru saat ini tengah menggalakkan program kebersihan lingkungan Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS). Pasalnya masih banyak masyarakat di Batangtoru dan Muara Batangtoru yang BAB di sungai.

“Program ini sudah kita lakukan di enam desa plus satu dusun. Dua desa yang sedang kita fokuskan adalah Aek Ngadol Sitinjak dan Huta Godang. Sosialisasi langsung action, kita bukan membangun jamban, tapi mengubah perilaku masyarakat,” jelasnya.

Menurutnya dulu ada program pembangunan MCK tapi tidak dimanfaatkan warga, lama-lama jadi kandang kambing. Setelah diteliti ternyata perilaku yang perlu diubah baru ada kesadaran membangun jamban sendiri.

“Kendala di lapangan warga selalu bilang ‘Ga bisa BAB kl ga kena air’, ada WC juga mereka di rumah tapi ga pernah digunakan. Itulah suka dukanya kita di lapangan. Masih banyak KK yang tidak mempunyai jamban,” katanya.

Dalam waktu dekat Puskesmas Batangtoru pun akan kembali melakukan sosialisasi di Desa Sijoma. Kita akan sosialisasi tentang jamban sehat dan melakukan pelatihan tukang pembuat jamban dengan harga murah.

“Kita akan kerjasama juga dengan Danramil, di tempat ibadah akan dibangun safety tank, panti jompo dan fasilitas umum. Mudah-mudahan PTAR juga akan membantu,” ungkapnya.

Baca Juga: Berkat TBA Melati, Lia Jadi Pandai Membaca, Menulis, dan Menari

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya