Petani Kopi Sipirok Belajar Pengolahan Kopi Sampai ke Bener Meriah

Petani belum punya mesin pengolahan kopi berskala besar

Bener Meriah, IDN Times - Minggu (23/2) sekitar pukul 12.00 WIB Rombongan petani dan pengolah Kopi dari Sipirok, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara tiba di Desa Mah Bengi, Aceh Tengah, Provinsi Aceh.

Setelah istirahat dan makan siang rombongan menuju ke Koperasi Petani Kopi Petri Pintu di Kampung Bale Rdelong Kecamatan Bukit Bener Meriah, Kabupaten Bener Meriah, Aceh.

Di tempat ini, sebanyak 38 orang anggota rombongan akan belajar tentang mengelola tanaman kopi dan koperasi kopi.

Ini merupakan rangkaian dari kegiatan Studi Banding Penguatan Kapasitas Petani dan MPIG Kopi Arabika Sipirok mulai tanggal 22-27 Februari 2019.

Kegiatan terlaksana berkat kerjasama antara BRI Unit Siporok, Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Kopi Arabika Sipirok, serta PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE).

Baca Juga: Petani Kopi Sipirok Studi Banding ke Farmer Support Center Starbuck

1. Kopi di Bener Meriah sebagian besar Organik

Petani Kopi Sipirok Belajar Pengolahan Kopi Sampai ke Bener MeriahIDN Times/Arifin Al Alamudi

Misruran selaku pengurus Koperasi Petri Pintu Bener Meriah menyambut kedatangan rombongan.

"Kami sudah menjalani bisnis kopi selama 20 tahun. Sekarang kilang kopi kami bisa memproses minimal dua ton kopi per hari," ujarnya memulai pembicaraan.

Iapun membawa rombongan ke kilang yang bekerjasama dengan koperasi. Jaraknya hanya sekitar 500 meter dari kantor koperasi.

Menurutnya kopi hasil petikan saat sudah menjadi cheri langsung diproses pulper yakni memisahkan kulit cheri dengan biji. Cheri yang sudah dipetik sebaiknya jangan dibiarkan bermalam.

Kemudian gabah difermentasi selama 12 jam kemudian dicuci.
"Itulah mengapa namanya disebut fullwash," ungkapnya

Setelah dicuci kemudian dijemur. Lama penjemuran tergantung matahari. Kalau cerah, jemur pagi, sore bisa langsung di-huller untuk menjadi greenbean.

Kalau matahari lagi ga cerah penjemuran harus dua hari.

Kemudian di-huller dan disortir untuk memisahkan biji yang besar dan kecil.

"Petani di sini jarang sekali menggunakan pestisida. Jadi produksi kami di sini adalah kopi organik dan sudah bersertifikat," jelasnya.

2. Harga mesin pengolah kopi mencapai Rp 120 Juta

Petani Kopi Sipirok Belajar Pengolahan Kopi Sampai ke Bener MeriahIDN Times/Arifin Al Alamudi

Untuk melayani semua hasil panen petani kopi, kilang yang bekerjasama dengan Koperasi Petri Pintu ini memiliki mesin dengan harga berkisar Rp 110 juta - Rp 120 Juta.

Dengan kemampuan memproses biji kopi per jam sebanhak satu ton lebih. Operator sebanyak empat orang.

"Rata-rata per hari bisa memproses dua ton biji kopi per hari. Bahkan pernah mencapai delapan ton saat musim panen raya," ungkapnya.

3. Berharap Sipirok punya pengolah kopi berskala besar

Petani Kopi Sipirok Belajar Pengolahan Kopi Sampai ke Bener MeriahIDN Times/Arifin Al Alamudi

Erwinsyah Siregar selaku kepala rombongan Petani Kopi Sipirok mengatakan saat ini di Sipirok belum memiliki alat memproses kopi sebesar ini.

Ia berharap ke depannya petani kopi dan koperasi kopi di Sipirok bisa punya alat seperti ini. Sehingga bisa mempercepat proses dari cheri menjadi gabah lalu menjadi greenbean.

Selain ke Bener Meriah, Kelompok petani kopi dari Sipirok ini juga sudah melakukan studi banding ke Farmer Support Centre Starbuck di Brastagi, Sumut pada Sabtu (23/2).

Sedangkan besok, Senin (25/2) akan studi banding ke MPIG Gayo di Takengon, Aceh.(*)

Baca Juga: Tak Hanya Kopi Mandailing dan Lintong, Kini Sumut Punya Kopi Sipirok

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya