Berkat TBA Melati, Lia Jadi Pandai Membaca, Menulis, dan Menari

Taman Baca Anak lebih dari sekadar perpustakaan

Batangtoru, IDN Times - Duduk tertunduk di sudut ruangan, seorang bocah perempuan fokus membaca buku yang diletakkan di lantai. Lembaran buku dongeng yang bercerita tentang kisah seekor buaya perlahan ia bolak-balik hingga ke halaman terakhir.

Namanya Maya Akmalia. Hampir setiap hari ia mengisi waktu luang di satu ruangan berukuran sekitar 5x3 meter berisi ribuan buku yang ada di belakang Masjid Batuhula, Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.

Itu bukan perpustakaan biasa tetapi Taman Baca Anak (TBA) Melati. "Kalau ga ada sekolah ngaji, pulang sekolah saya sering ke sini," ujar bocah berusia 11 tahun ini saat ditemui IDN Times beberapa waktu lalu.

Bagi Lia, TBA melati sudah seperti rumah keduanya. Sejak usia 6 tahun ia sudah rutin datang ke TBA untuk belajar bersama teman-temannya. Bahkan, berkat TBA Melati Lia pintar membaca dan menari.

"Dari TK sudah sering kemari, waktu TK diundang lomba nyanyi di sini, terus diajarin membaca, menulis, dan menari," jelas murid kelas V SD Negeri Batuhula ini.

Kelihaian Lia menari pun mengantarkannya beberapa kali tampil di acara pentas anak yang digelar setiap tahun oleh PT Agincourt Resources (PTAR), pengelola Tambang Emas Martabe Batangtoru.

"Sudah tiga kali tampil menari ini Sopo Daganak. Pernah juga diundang nari untuk isi acara yang lain. Pernah tari tradisional, pernah tarian modern juga," ungkapnya.

Tambang Emas Martabe secara rutin menggelar Pentas Seni dan Budaya tiga kali dalam setahun sebagai wadah anak-anak mengekspresikan minat dan bakatnya. Pentas Seni ini digelar di Amphitheatre Sopo Daganak, yakni gedung serbaguna di Batangtoru ini juga didirikan dengan bantuan dari PTAR pada tahun 2018.

Pembuatan Sopo Daganak ini pun terinpirasi dari besarnya minat baca dan kesenian anak-anak aktif berkegiatan di 14 TBA yang ada di Kecamatan Batangtoru dan Muara Batangtoru.

Semua Taman Baca Anak ini dikelola oleh Perkumpulan Sahabatan Cerdas (Persada) yang pengurusnya merupakan gabungan dari 14 TBA yang berada di desa lingkar tambang.

“Jadi Sopo Daganak ini didirikan setelah TBA berdiri beberapa tahun di desa-desa. Tahun 2014 di TBA Mawar Desa Napa ada anak yang suka nari dan akhirnya kita ajarkan. TBA yang lain akhirnya melakukan yang sama. Jadi untuk menyalurkan bakat menari anak-anak ini dibuatlah kegiatan pentas seni setiap empat bulan sekali,” ungkap Masrika Hannum Siregar selaku Ketua Persada.

Berkat TBA Melati, Lia Jadi Pandai Membaca, Menulis, dan MenariIDN Times/Arifin Al Alamudi

Iapun tidak menyangka TBA yang awalnya hanya menyediakan buku, kini juga melatih anak-anak membaca, menulis, mewarnai, menggambar, dan menari. Setelah beberapa kali digelar pentas seni, peminatnya terus bertambah dan TBA di desa-desa juga semakin ramai.

“Kalau dulu yang minat menari sedikit, susah mencari anak-anak yang mau. Setelah beberapa kali pentas seni, apalagi setelah ada dua tahun terakhir pentas seni digelar di Sopo Daganak peminatnya makin ramai. Sekarang yang sudah mendaftar saja untuk pentas seni Bulan Desember sudah lebih dari 200 anak dari 14 TBA,” ujarnya perempuan yang akrab disapa Rika ini.

Ia mengatakan keberadaan Sopo Daganak ini pun turut andil meningkatkan minat berkesenian anak-anak dan pemuda-pemudi di Batangtoru. Dulunya orangtua masih enggan mengizinkan anaknya datang ke TBA dan latihan menari.

Namun setelah menonton Pentas Seni di Sopo Daganak yang bisa menampung lebih dari 500 orang, para orang tua jadi bangga pada anaknya dan mendukung kegiatan di TBA dan Sopo Daganak.

Bahkan kini untuk anak yang tampil pada pentas seni diterapkan sistem seleksi karena peminatnya sudah sangat banyak. Misalnya tiga kali berturut-turut tidak hadir latihan akan dicoret dari tim tarinya.  Latihan rutin digelar pada Selasa, Jumat, dan Minggu. Seluruh operasional di Sopo Daganak pun ditanggung oleh PTAR.

“Kalau dulu latihan menarinya di TBA atau di kantor-kantor desa. Sekarang setelah ada di Sopo Daganak, anak-anak latihan tari di sini dan pemudanya latihan gondang juga di sini. Untuk Pentas Seni berikutnya kita sedang rekrut tim Persada Band dan akan latihan di Sopo Daganak juga,” jelas mantan pengelola TBA Mawar Desa Napa ini.

Mariska menjelaskan, pelajaran menari dan pertunjukan seni budaya bukan hanya untuk dipamerkan semata. Menurutnya ini bagian dari emansipasi dan pemberdayaan perempuan. Pasalnya sebagian besar anak-anak didik yang belajar di Sopo Daganak adalah perempuan.

“Jadi ini bekal juga untuk perempuan seperti kami. Dari Sopo Daganak perempuan akan bisa memiliki keahlian lain yang bisa diterapkan setelah tamat sekolah. Misalnya jadi guru menari, guru TK dan lain sebagainya. Mentalnya juga akan lebih kuat karena sudah terlatih nampil di pertunjukan,” ungkapnya.

Selain tempat pertemuan serbaguna dan latihan menari, Sopo Daganak juga memiliki perpustakaan yang memiliki ratusan buku.  Jadi anak-anak yang sedang menunggu jam latihan atau istirahat, bisa mengisi waktu luang membaca buku.

Dari Data yang dihimpun IDN Times, Sopo Daganak yang berada di Jalan 2, Desa Napa, Batangtoru didesain dengan memadukan konsep modern dan budaya lokal. Dibangun di atas lahan 4.430 meter persegi. Pada sisi kiri kanan sopo dibiarkan tidak berdinding alias terbuka, yang mencerminkan konsep menyatu dengan alam. Sopo ini juga memiliki halaman parkir yang cukup luas dan taman asri.

Pembangunan dibiayai sepenuhnya oleh PT Agincourt Resources sekitar Rp 4,5 miliar yang merupakan bagian dari program tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) di bidang pendidikan dan pelestarian seni budaya masyarakat lingkar tambang.

Gedung amphitheatre Sopo Daganak akan menjadi pusat edukasi dan kegiatan budaya serta memfasilitasi kegiatan para anak yang berasal dari 14 TBA di wilayah Batangtoru dan Muara Batangtoru.

Bikin berbagai macam kegiatan di TBA agar anak-anak tidak bosan

Berkat TBA Melati, Lia Jadi Pandai Membaca, Menulis, dan MenariIDN Times/Arifin Al Alamudi

Ide mendirikan Sopo Daganak yang megah tak terlepas dari aktifnya anak-anak berkegiatan di TBA yang ada di 14 desa Lingkar Tambang.  

Ahsana Insani Nasution, Pengelola TBA Melati Desa Batuhula mengatakan setiap hari sekitar 20-25 anak datang ke TBA. Jika hari Minggu, jumlahnya bisa dua kali lipat lebih banyak.

“Kalau hari biasa setelah pulang sekolah baru ramai. Kalau Mingggu dari pagi sudah ramai datang ke TBA,” ungkapnya.

Selain mengajari anak-anak membaca dan menari, TBA juga menggelar berbagai macam kegiatan untuk membuat anak-anak tidak bosan dan jenuh. Di antaranya menggelar lomba mendongeng, lomba baca puisi, cerdas cermat, bernyanyi, mewarnai, dan menggambar.

“Sekali dua minggu kita bikin perlombaannya. Supaya anak-anak rajin kemari, kalau membaca saja kan bosan. Jadi dibuat agar ga bosan dan meningkatkan minat baca. Hadiahnya juga kita buat yang menarik seperti kotak pensil, buku, pensil, pulpen, dan lain-lain,” ujar perempuan yang akrab disapa Sana ini.

Ia mengaku dengan rajinnya menggelar berbagai kegiatan, anak-anak dari TBA Melati pun kerap meraih juara dalam perlombaan antar-TBA. Piala hasil kemenangan akan diletakkan di TBA. Jika hadiah berupa uang pembinaan, maka akan digunakan untuk merenovasi TBA.

“TBA Melati berdiri tahun 2013.Dulu masih kecil, kemudian dapat penghargaan TBA terbaik dikasi duit untuk renovasi, nambah rak buku, tambah pagar, halte baca. Sekarang sudah sebagus ini,” ungkapnnya.

Buku pun sudah semakin banyak. Kata Sana, Pada awal adanya TBA hanya memiliki sekitar 600 buku. Namun sekarang sudah memiliki lebih dari 1.000 buku.

“Buku bisa dibawa pulang, setelah 3 hari wajib dipulangkan. Ini cara kita juga agar anak-anak mengurangi bermain handphone di rumah dan menjauhkan dari pergaulan kurang baik di luar rumah,” katanya.

Usia anak-anak yang datang ke TBA pun bervariasi. Mulai dari usia 3 tahun yang belum pandai membaca, hingga usia 12 tahun. Bahkan banyak orang tua dan guru SD yang menyarankan akan anak dan muridnya datang ke TBA untuk belajar membaca.

“Pernah ada anak kelas 3 SD ga pande baca. Jadi disuruh gurunya untuk belajar ke TBA. Jadi mereka datang kemari dan sekarang bisa membaca. Kita ajarin nulis juga,” terang perempuan berhijab ini.

 

Berkat TBA Melati, Lia Jadi Pandai Membaca, Menulis, dan MenariIDN Times/Arifin Al Alamudi

Nadya Sari misalnya. Sudah dua tahun belakangan ia rutin ke TBA dan akhirnya bisa membaca serta menulis.

“Dari kelas II SD sudah sering ke sini.Sekarang jadi pandai baca diajarin Kak Sana. Sudah belajar nari juga dan sudah pernah tampil satu kali,” murid kelas III SD Negeri Batuhula.

Murid lainnya, Fitria Salsabila bahkan diantarkan oleh orang tuanya untuk belajar ke TBA. Kini ia mengaku sudah bisa menulis, membaca, dan menari.

“Mama bilang kalau mau ikut nari, belajar nari di sini TBA, jadi sering ke sini. Udah pernah nampil di Sopo Daganak nari Panen dan Toba Dream,” jelas dara 8 tahun ini.

Selaku pengelola, Ahsana juga berharap PTAR tidak pernah berhenti mendukung kegiatan di TBA Melati dan TBA lainnya serta terus menggelar kegiatan yang melibatkan anak-anak di desa lingkar tambang.

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya