74 Tahun RI Merdeka, 80 KK di Desa Huta Tombak Belum Nikmati Listrik

Warga pakai genset dua jam per hari

Tapanuli Tengah, IDN Times - Sudah 74 tahun Republik Indonesia merdeka, tapi warga di Desa Huta Tombak, Kecamatan Sosorgadong, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara belum bisa sepenuhnya menikmati listrik dari pihak PT PLN.

Desa terluar di Tapanuli Tengah bagian selatan ini berjarak 70 kilometer dari pusat kota Pandan. Di desa ini, ada sebanyak 109 KK yang belum menikmati listrik sepenuhnya.

"Di sini ada 109 KK (kepala keluarga), dan yang terlayani listrik hanya 20-an KK," kata Kepala Desa Huta Tombak, Lisber Habeahan, Jumat, (21/6).

Artinya ada sekitar 80-an KK lagi yang belum menikmati listrik di rumahnya.

Yuk simak kisahnya.

1. Satu KK hanya bisa menikmati listrik selama 2 jam dari mesin genset

74 Tahun RI Merdeka, 80 KK di Desa Huta Tombak Belum Nikmati ListrikIDN Times/Hendra Simanjuntak

Listrik masuk ke desa ini diketahui sejak tahun 2017. Bagi warga yang belum terlayani listrik, mereka pun hanya memanfaatkan tenaga mesin genset untuk dua jam per hari.

"Untuk mengalirkan listrik ke rumah warga, kami menggunakan tenaga diesel. Itu pun tak bisa menerangi rumah warga selama 24 jam, hanya dua jam saja, mulai jam 7 malam sampai jam 9 malam," kata Lisber.

Dikatakan Lisber, untuk menuju ke Desa Huta Tombak memang tidaklah mudah. Kondisi kemiringan jalan yang diketahui mencapai 50 derajat, hanya bisa dilalui mobil kecil dan sepeda motor.

"Kalau Desa Simargarap (masih di Kecamatan Sosorgadong) memakan waktu 2 jam, itupun hanya bisa dilalui sepeda motor," katanya.

Baca Juga: Usung Konsep Baru, Yuk Ramaikan Festival 1.000 Tenda di Desa Meat

2. Setiap hari warga bergantian untuk membeli solar

74 Tahun RI Merdeka, 80 KK di Desa Huta Tombak Belum Nikmati ListrikIDN Times/Hendra Simanjuntak

Menikmati listrik dari tenaga genset, tentu warga harus membutuhkan bahan bakar diesel (solar). Untuk membeli bahan bakar tersebut, setiap warga pun harus mengeluarkan uang sebesar Rp40 ribu setiap bulannya.

"Satu KK (kepala keluarga) menanggung dua liter (solar) untuk satu hari. Hari berikutnya warga yang lain. Dalam satu bulan itu, satu KK bisa kena dua kali. Nyalanya hanya dua jam untuk makan malam saja," kata Lisber.

Lisber mengungkapkan, jarak rumah warga yang berjauhan menjadi kendala yang mereka hadapi saat ini. Untuk mengaliri listrik ke seluruh warga, mereka pun harus menambah kabel listrik.

"Yang jadi masalah, jarak dari satu rumah warga ke rumah warga lainnya itu berjarak sampai 150 meter, jadi kabel yang ada saat ini masih kurang. Tahun depan kami berencana akan nambah kabel," ungkapnya.

3. Butuh bantuan panel surya untuk solusi penerangan

74 Tahun RI Merdeka, 80 KK di Desa Huta Tombak Belum Nikmati Listrikebtke.esdm.go.id

Dikatakan Lisber, meski tahun nya belum ditentukan oleh pemerintah, tapi rencananya desa mereka akan mendapat bantuan listrik. Jika bantuan itu terealisasi, maka tiap rumah akan dipasangi panel surya (solar panel) untuk menyuplai listrik.

"Kemarin kita dapat lampu jalan, untuk percontohan sudah di pasang PLTS, tapi belum bisa difungsikan, dan dananya dari dana desa sebanyak 7 unit," tuturnya.

4. Warga Desa Huta Tombak berharap dapat bantuan Pemerintah

74 Tahun RI Merdeka, 80 KK di Desa Huta Tombak Belum Nikmati ListrikPexels.com/Dazzle Jam

Minimnya pelayanan listrik ke Desa Huta Tombak memang menjadi kendala bagi masyarakat untuk melakukan aktifitas pada malam hari. Bila malam tiba, anak-anak di desa tersebut pun kesulitan untuk belajar.

"Kalau pulang sekolah, anak-anak di desa ini pergi ke ladang mulai siang hingga sore untuk membantu orang tuanya, jadi belajarnya saat malam hari. Sementara lampu di rumah hanya menyala selama dua jam setiap malam," kata Pasaribu, Warga Desa Huta Tombak.

Melihat kondisi di desa mereka yang belum seluruhnya dialiri listrik, ia dan warga lainnya pun berharap agar pemerintah segera mengirim bantuan listrik agar desa mereka bisa dialiri listrik selama 24 jam.

"Kami juga ingin seperti warga lainnya, menikmati listrik selama 24 jam, memiliki TV untuk mengetahui informasi di luar," kata Pasaribu.

 

5. Harus naik bukit setinggi 700 meter untuk dapat sinyal telepon selular

74 Tahun RI Merdeka, 80 KK di Desa Huta Tombak Belum Nikmati Listrikkabarhukum.com

Minimnya pasokan listrik ke Desa Huta Tombak tidak hanya dikeluhkan oleh Pasaribu.

Saat ditemui, salah seorang pemuda bermarga Purba mengaku harus pergi ke rumah warga yang dialiri listrik untuk menonton televisi.

"Saya ingin sekali desa kami dialiri listrik 24 jam, sama seperti yang lainnya. Mudah-mudahan pemerintah bisa membantu kami yang ada di desa Huta Tombak," kata Purba (25).

Selain pelayanan listrik yang masih minim, warga di Desa Huta Tombak juga dihadapkan dengan sulitnya jaringan telekomunikasi. Untuk melakukan komunikasi melalui telepon selular, tidak sedikit warga harus menuju bukit yang berjarak sekitar 700 meter dari desa mereka.

"Kita harus ke bukit agar bisa telepon dan SMS," kata Purba.

Untuk diketahui, Desa Huta Tombak diposisikan berada di ketinggian 700 meter di atas permukaan laut dan merupakan desa tertua di Kecamatan Sosorgadong.

Baca Juga: Manohara Datang ke Kota Medan, Ada Apa Ya?  

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya