Reaktivasi Jalur Kereta Medan-Aceh di Bawah Bayang-bayang Korupsi
Jokowi reaktivasi jalur kereta Medan-Aceh sepanjang 101 Km
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Medan, IDN Times - Lima tahun terakhir, pembangunan infrastruktur transportasi di Pulau Sumatera menjadi perhatian serius dari Presiden RI, Joko 'Jokowi' Widodo. Salah satu yang paling terlihat adalah pembangunan tol trans Sumatera.
Tak hanya jalan tol, Jokowi juga memiliki agenda besar ingin menghubungkan seluruh provinsi di Sumatera dengan jalur kereta api. Salah satu jalur kereta yang ingin direaktivasi adalah Medan-Aceh sepanjang 101 kilometer.
Empat bulan lalu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengecek perkembangan pembangunan jalur kereta api Lhokseumawe – Bireuen yang merupakan bagian dari pembangunan Kereta Api Trans Sumatera.
Ia juga meninjau perkembangan pembangunan jalur kereta api Besitang - Langsa, yang menghubungkan dua provinsi yaitu Sumatera Utara dengan Aceh. Pembangunan jalur kereta api tersebut yang terhenti sejak tahun 2022.
Budi Karya menyebutkan rencananya rel kereta api jalur Besitang-Langsa tersambung juga hingga ke Kota Lhokseumawe. Namun, Budi Karya belum bisa menyebutkan tahun pelaksanaan dan target rampung proyek pembangunan rel kereta api tersebut.
"Karena pada saat yang sama pemerintah juga membangun rel kereta api di Makassar saat ini," ujar Budi Karya.
Jalur kereta Besitang - Langsa merupakan jalur kereta yang sebenanrnya punya sejarah panjang. Yuk simak sejarah singkatnya:
1. Dibangun murni untuk kepentingan perang, bukan transportasi umum
Perkeretaapian di Aceh memiliki keunikan tersendiri. Tidak seperti di Jawa, Madura, dan bagian lain di Sumatera, angkutan umum berbasis rel ini jenisnya berupa trem dengan lebar sepur lebih sempit yaitu 750 mm.
Keunikan lain adalah trem Aceh pada zaman kolonial Belanda merupakan satu-satunya yang berorientasi kepentingan perang. Tidak seperti di Jawa yang pengadaannya diperoleh melalui pembelian, lahan untuk jalur rel di Aceh berasal dari bekas teritorial Kesultanan Aceh yang berhasil direbut dan dikuasai pasukan Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger (KNIL).
Gubernur Jenderal James Loudon kala itu melihat betapa pentingnya infrastruktur jalur kereta api untuk mendukung proses penaklukan Kesultanan Aceh di pedalaman. Gubernur Jenderal Loudon diberikan kewenangan luas kepada militer untuk secepatnya mengambil tindakan yang diperlukan.
Setelah Perang Dunia II berakhir, terjadi situasi kekosongan kekuasaan atas pemerintahan di sana, trem Aceh segera dikuasai oleh orang-orang setempat. Para pejuang lokal itulah yang kemudian bersama elite-elite Aceh mengintegrasikan diri ke dalam pemerintahan Republik Indonesia yang diproklamasikan sejak 17 Agustus 1945. Selama masa Revolusi Kemerdekaan 1945-1949, trem Aceh masuk ke dalam bagian dari Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI).
Pada tahun 1970 Kota Banda Aceh masih menggunakan kereta api sebagai salah satu sarana transportasi. Kereta api ini mencapai rute hingga Kota Medan di Sumatra Utara.
Namun tahun 1982 Aceh resmi sudah tidak memiliki kereta api lagi. Hal ini dikarenakan tidak mampu bersaing dengan sarana transportasi jalan raya yang sudah semakin baik dan onderdil kereta yang semakin sulit dicari.
Pascareformasi 1998, BJ Habibie presiden kala itu mengeluarkan janji politik kepada masyarakat Aceh. Salah satu janjinya menghidupkan kembali jalur kereta api. Pasca janji tersebut, pada tahun 2002 dibuatlah Rencana Umum Pengembangan Kereta Api Sumatera, yang merupakan hasil kesepakatan Gubernur se-Sumatera.
Program Perkeretaapian Aceh merupakan bagian dari program Trans Sumatera Railway Development. Program ini disiapkan pemerintah dengan bantuan konsultan asing Mott McDonald dan SNCF Internasional.
Pembangunan jalan kereta api Aceh dianggap solusi tepat saat ini dan juga di masa depan, di mana angkutan kereta api ini bersifat massal, murah, aman dan efektif. Pembangunan kembali jaringan pelayanan kereta api Aceh diyakini memberikan dampak positif bagi masyarakat khususnya masyarakat Aceh.
Baca Juga: Bulog Jamin Beras Impor yang Masuk ke Aceh Bukan Sintetis