Asri Tambunan di Mata Pasien: Dokter Humble dan Rendah hati
Prisi Ariskani bertemu Dokter Aci pada Mei 2023
Deli Serdang, IDN Times - Mei 2023, Prisi Ariskani (28) nyaris tak punya harapan untuk hidup. Seluruh badannya bengkak dan melepuh. Suhu badannya panas sampai tak bisa jalan. Ia didiagnosa oleh dokter mengalami lupus. Bahkan tiga orang dokter mendiagnosa ia harus melakukan cuci darah secepatnya jika ia ingin terus bertahan hidup.
Itulah yang diceritakan Warga Tembung, Kabupaten Deliserdang ini saat mengenang kondisinya setahun lalu. Ia terisak menangis ketika menunjukan fotonya setahun lalu.
“Kalau diceritain, panjang sebenarnya sampai saya bertahan hidup hingga saat ini,” ujarnya.
Dikatakan Prisi, penyakit yang dideritanya dimulai Mei 2023, sebulan setelah ia melahirkan anak pertamanya. Awal mula, kondisinya demam tinggi dan tidak turun-turun. Selain demam, badannya juga bengkak. Ia pergi ke rumah sakit di sekitar tempat tinggalnya. Tapi sesampainya di sana, ia didiagnosa oleh sangat dokter mengalami lupus.
Di rumah sakit ini ia tak lama dirawat, alasannya ketidakmampuan rumah sakit menangani penyakitnya. Ia dianjurkan untuk dirujuk ke rumah sakit ternama di Kota Medan.
Bersama sang suami, akhirnya ia dirawat di salah satu rumah sakit ternama di Medan. Di sana ia diperiksa dan dinyatakan ginjalnya bermasalah. Untuk secepatnya, ia disarankan melakukan tindakan cuci darah. Mendengar ini ia semakin terpukul.
Begitu juga dengan keluarganya. Di usianya yang masih sangat muda, ia tak sanggup melakukan cuci darah. Apalagi sebelumnya ia tak pernah mengalami penyakit yang parah.
“Saya menangis terus saat disuruh cuci darah. Begitu juga dengan keluarga. Seminggu dirawat di rumah sakit itu sama sekali tidak ada perubahan. Keluarga membawa saya pulang ke rumah,” ujarnya.
1. Dokter Aci sebut tak perlu cuci darah
Beberapa hari setelah pulang ke rumah, kakak iparnya menyarankan ia bertemu dengan Asri Tambunan, seorang dokter penyakit dalam di RSUD Drs H Amri Tambunan. Kakak iparnya merekomendasikan Prisi untuk ditangani oleh dokter yang lebih akrab disapa dokter Aci tersebut.
Bertemu dengan dokter Aci harapan hidupnya kembali bangkit. Bagi Prisi dokter Aci memberikannya semangat hidup dengan cara yang berbeda.
“Ternyata saat saya bertemu dokter Aci saya tidak disuruh cuci darah. Hanya menambah darah dua kantung saja,” ujar Prisi.
Ada semangat yang ia dapat dari sosok dokter Aci. Baginya dokter Aci bisa menyemangati pasien dengan cara yang berbeda. Sikapnya yang sedikit cuek dan tegas membuat ia sebagai pasien tak merasa ketakutan.
“Jadi dia pas ketemu saya pertama kali cuma bilang, sakit apa? dengan nadanya yang cuek itu. Terus juga bilang ke saya, oh cuma sakit ini. Udah kita obati, sembuh ini,” ujar Prisi menirukan gaya sang dokter.
Kata-kata sembuh yang dikeluarkan dokter Aci menurutnya obat yang paling berhaga baginya. Cara penanangannya kepada pasien yang berbeda tidak didapatkan Prisi dari dokter lainnya.
“Mungkin kalau dokter ingat muka saya dulu dan sekarang, dokter sudah tidak tanda lagi dengan saya,” ujarnya sambil kembali menangis.