TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pembangunan Timpang, Penyebab Angka Kemiskinan di Medan Tinggi

Pembangunan dinilai masih serampangan atau asal jadi

Ilustrasi kemiskinan (IDN Times/Arief Rahmat)

Medan, IDN Times - Pemerintah Kota Medan sejauh ini dinilai belum bisa menekan angka kemiskinan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada 2019 jumlah penduduk miskin di Kota Medan sebanyak 183, 79 ribu jiwa atau sekitar 8,08 persen dari total jumlah penduduk.

Angka tersebut hanya turun tipis dibanding tahun sebelumnya yang sebanyak 186,45 ribu jiwa. Sementara pada 2017, jumlah penduduk miskin di Medan sebanyak 204,22 ribu jiwa.

Sosiolog UINSU, Rholand Muary menyebut, jika dirurut dalam lima tahun terakhir atau pada masa kepemimpinan Dzulmi Eldin-Akhyar Nasution, angka kemiskinan di Medan tak mengalami perubahan yang signifikan. "Memang ada tren penurunan, tetapi tidak signifikan," katanya di Medan, Senin (30/11/2020).

Baca Juga: Viral Foto Penampakan Kuntilanak, 13 Komen Netizen Ini Kocak Abis

1. Angka 8 persen untuk kemiskinan di Medan masih sangat tinggi

Ilustrasi Kemiskinan (IDN Times/Arief Rahmat)

Dia mengatakan, sebagai kota metropolitan, seharusnya Medan sudah bisa menangani masalah kemiskinan dengan maksimal. Namun kenyataan di lapangan, masalah sosial satu ini justru masih dijumpai. Bahkan angkanya cenderung tinggi.

Menurut dia, angka 8 persen untuk kemiskinan di Medan masih sangat tinggi. Angka itu seharusnya bisa ditekan, setidaknya di bawah angka 5 persen. Tingginya angka kemiskinan di Medan itu membuktikan bahwa pemerintah Kota Medan bisa dibilang kurang maksimal dalam menekan angka kemiskinan.

Masalah kemiskinan di perkotaan macam ini tentu akan memicu masalah sosial lainnya. Dalam beberapa tahun belakangan, banyak aksi kriminal yang bermotif ekonomi. Aksi pembegalan, pencurian bahkan hingga bajing loncat, termasuk aksi kriminal lainnya terus tinggi.

2. Pembangunan yang masih timpang, antara di pusat kota dengan kawasan Medan Utara

Ilustrasi Kemiskinan (IDN Times/Arief Rahmat)

Dia menyebut, ada beberapa faktor yang menyebabkan angka kemiskinan di Medan masih tinggi. Salah satunya adalah pembangunan yang masih timpang, antara di pusat kota dengan kawasan Medan Utara.

Diketahui, jumlah penduduk miskin di kawasan Medan Utara meliputi Medan Deli, Labuhan, Marelan dan Belawan masih tinggi. Bahkan untuk kawasan Kecamatan Medan Belawan jadi kantong kemiskinan dengan angka mencapai 20% lebih.

"Itu terjadi karena memang selama ini pembangunan di Medan belum merata. Masih timpang antara di pusat kota dengan Medan Utara," ungkap Rholand.

Program-program pembangunan saat ini lebih banyak di pusat kota. Sementara kawasan Medan Utara terkesan diabaikan atau dibiarkan oleh Pemko Medan. Padahal, masalah di sana sangat banyak.

Infastruktur di sana juga masih buruk. Banjir sering terjadi, baik di musim hujan maupun saat air laut pasang atau banjir rob. Itu baru soal pembangunan fisik.

Persoalan rendahnya pendidikan keterampilan kerja sehingga terbatasnya ketersediaan lapangan kerja juga banyak dijumpai di sana. Tak heran jika angka pengangguran juga banyak dari kawasan Medan Utara.

3. Pembangunan di Kota Medan juga dinilai masih serampangan atau asal jadi

ANTARA/Muhammad Adimaja

Hal yang sama juga masih dijumpai di daerah-daerah pinggiran, khususnya di daerah perbatasan dengan Kabupaten Deliserdang. Kondisi ini mengindikasikan bahwa political will pemimpin Kota Medan yang menganggap kawasan Medan Utara atau daerah pinggir kota sebagai anak tiri.

Pembangunan di Kota Medan juga dinilai masih serampangan atau asal jadi, tanpa penelitian yang mendalam. Makanya banyak program pembangunan yang justru tak dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

"Seharunya pembangunan di Medan ini ada riset akademisnya. Jadi program pembangunan dilakukan dengan melihat kebutuhan mendasar di masing-masing kawasan. Bukan asal bangun aja," katanya.

Pemko Medan juga tak maksimal dalam upaya mendongkrak kualitas sumber daya manusia di wilayah-wilayah tersebut. Infrastruktur pendidikan di kawasan Medan Utara maupun pinggiran masih kalah jauh dibanding pusat kota. Ada ketimpangan di sana. Pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan pun dinilai hanya rutinitas alias tak berkualitas.

Baca Juga: Jadi Pembantu di Sinetron, Potret Asli 9 Artis Ini Cetarnya Kebangetan

Berita Terkini Lainnya