Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi wisatawan sedang berinteraksi dengan warga lokal (pexels.com/BINDURAJ BALACHANDRAN)
ilustrasi wisatawan sedang berinteraksi dengan warga lokal (pexels.com/BINDURAJ BALACHANDRAN)

Intinya sih...

  • Wisman Malaysia mendominasi kunjungan ke Sumut, tumbuh 74,67% dari bulan ke bulan dan 31,80% dari tahun ke tahun.

  • Meski kunjungan wisman naik, hotel berbintang di Sumut mencatatkan penurunan hunian hingga 10,43 poin dibanding Mei 2024.

  • Hotel non-bintang juga mengalami penurunan okupansi secara bulanan dan tahunan, menimbulkan pertanyaan tentang preferensi penginapan wisatawan.

Medan, IDN Times - Sumatra Utara kembali mencatat peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman). Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut menyebutkan, sebanyak 26.403 wisman bertandang ke daerah ini sepanjang Mei 2025. Namun data peningkatan ini tidak berbanding lurus dengan hunian hotel.

Kepala BPS Sumut, Asim Saputra, mengatakan bahwa peningkatan jumlah wisman sangat signifikan, terutama dari Malaysia, tapi anomali terjadi pada sektor perhotelan yang justru lesu.

1. Malaysia mendominasi Wisman yang berkunjung ke Sumut

Jalur Goes di Pingiran Danau Toba/Instagram @laketoba_bikeadventure

Jumlah kunjungan wisatawan asing ke Sumut melonjak 32,36 persen dibanding bulan sebelumnya, dan 28,07 persen dibanding Mei tahun lalu. Malaysia menjadi penyumbang terbanyak, dengan porsi mencapai 54,24 persen, diikuti Singapura, Tiongkok, Belanda, dan Jerman. Momentum libur panjang turut mendorong angka ini naik signifikan.

“Jumlah wisman Malaysia tumbuh cukup signifikan, 74,67 persen dari bulan ke bulan dan 31,80 persen dari tahun ke tahun,” jelas Asim.

2. Wisatawan melonjak, hunian menurun

Ilustrasi hotel syariah di jogja (pexels.com/id-id/@pixabay)

Meski kunjungan meningkat, hotel-hotel berbintang di Sumut justru mencatatkan penurunan hunian. Tingkat penghunian kamar hotel berbintang turun 1,17 poin menjadi 38,93 persen secara bulanan, dan turun 10,43 poin dibanding Mei 2024.

“Penurunan ini sedikit anomali, karena kunjungan wisman cukup pesat, tapi hunian hotel justru menurun,” kata Asim.

Fenomena ini membuka peluang diskusi soal kemungkinan wisman lebih memilih akomodasi non-konvensional seperti homestay atau akomodasi digital.

3. Hotel nonbintang juga ikut sepi

Ilustrasi hotel nyaman dekat UGM Yogyakarta (unsplash.com/Vojtech Bruzek)

Tidak hanya hotel berbintang, hotel non-bintang juga mengalami penurunan okupansi. Secara bulanan, okupansi turun 1,20 poin menjadi 26,02 persen, dan secara tahunan turun 2,25 poin menjadi 24,82 persen.

Tren ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah infrastruktur wisata Sumut belum cukup menarik untuk kunjungan panjang, atau justru ada pergeseran preferensi penginapan oleh wisatawan?

Editorial Team