Harga Cabai di Sumut Berpotensi Merosot di Agustus, Ini Sebabnya

- Bulan Agustus pasokan harian cabai merah alami peningkatan sekitar 237% dibandingkan dengan bulan Juli
- Ada peningkatan supply yang masih mengabaikan produksi di wilayah pesisir
- Pemerintah perlu mewaspadai potensi tekanan harga yang bisa menekan daya beli petani cabai
Medan, IDN Times - Harga cabai merah sudah bertahan murah sejak bulan Mei dan berlanjut hingga saat ini (Juli). Hal ini dikatakan pengamat ekonomi, Benjamin Gunawan, pada Senin (22/7/2025).
Harga murah yang dimaksud adalah harga cabai merah yang dijual di bawah harga keekonomian minimal Rp28 ribu per Kg. Pada bulan Mei harga cabai merah memang sempat menyentuh harga Rp32 ribu per Kg. Namun, langsung anjlok dan menyentuh angka Rp22 ribu per kg pada pekan terakhir Mei.
1. Bulan Agustus pasokan harian cabai merah alami peningkatan sekitar 237 persen dibandingkan dengan bulan Juli

Pada bulan Juni, harga cabai merah secara rata-rata turun lagi dan menyentuh Rp10 ribu hingga Rp18 ribu per Kg. Padahal, menurut Benjamin pasokan harian cabai merah pada bulan Juni alami penurunan sekitar 17 persen dibandingkan dengan pasokan harian cabai merah pada bulan Mei.
"Pada bulan Juli, pasokan harian cabai merah alami kenaikan sekitar 8 persen dibandingkan bulan Juli, dan sejumlah insentif yang dikeluarkan pemerintah cukup kuat mendorong peningkatan demand (permintaan). Sehingga harga cabai merah alami pemulihan diatas Rp20 ribu per Kg. Meskipun, masih terbilang murah. Nah, di bulan Agustus, pasokan harian cabai merah dari Sumut akan alami peningkatan 2 samapi 3 kali atau sekitar 237 persen dibandingkan dengan bulan Juli," jelasnya.
2. Ada peningkatan supply yang masih mengabaikan produksi di wilayah pesisir

Lanjut Benjamin, adanya peningkatan supply sebanyak itu pada dasarnya masih mengabaikan produksi di wilayah pesisir seperti Belawan dan Kabupaten Langkat.
"Karena untuk produksi cabai di wilayah tersebut, Belawan umumnya dipasarkan di luar wilayah Sumut, dan di Langkat produksinya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar. Pada dasarnya lumrah saja terjadi peningkatan jumlah produksi yang signifikan," kata Benjamin.
"Hanya saja penyerapan produksi tersebut sangat bergantung kepada demand dari luar wilayah Sumut. Provisi Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan hingga Bengkulu menjadi basis konsumsi cabai produksi Sumut. Namun berkaca dengan tekanan belanja masyarakat pada 3 bulan terakhir, maka supply cabai merah tersebut berpeluang menciptakan peningkatan pasokan harian yang menginap di level pedagang," tambahnya.
3. Pemerintah perlu mewaspadai potensi tekanan harga yang bisa menekan daya beli petani cabai

Dari prediksinya, Benjamin melihat ada potensi harga cabai (merah, hijau, rawit hijau) di bulan Agustus merealisasikan harga yang tidak jauh berbeda dengan bulan Juni yang menyentuh belasan ribu per Kg. Dan tekanan harga di bulan Agustus kian meningkat saat memasuki pekan ketiga nantinya. Demand atau permintaan menjadi faktor utama yang diharapkan mampu meredam tekanan harga.
"Sejauh ini saya tidak mendengar kabar dari pemerintah untuk memberikan insentif ke masyarakat seperti yang dilakukan pada bulan Juli sebelumnya. Jadi pemerintah perlu mewaspadai potensi tekanan harga yang bisa menekan daya beli petani cabai. Petani cabai yang mengalami kerugian sejak 3 bulan terakhir ini dan 2 bulan yang akan datang, sebaiknya diberikan pendampingan dan dimudahkan aksesnya untuk mendapatkan pupuk, bibit, pestisida dan bila perlu modal," tutupnya.
Sebab, menurutya jika petani sudah mengalami kerugian dan membuat kondisi keuangannya terpuruk, maka berpeluang enggan bercocok tanam kembali. Akhirnya, menjadi pemicu kenaikan harga yang tajam di masa mendatang.