Anak-anak pengungsi Afghanistan ikut berunjuk rasa di Medan, Kamis (18/11/2021). (IDN Times/Prayugo Utomo)
Tuntutan pengungsi tetap sama. Meminta agar UNHCR memberangkatkan mereka ke negara ketiga sebagai suaka. Rata –rata pengungsi sudah 10 tahun berada di Indonesia. Selama itu juga mereka merasa diabaikan. Karena kabar soal pemberangkatan itu tidak juga datang.
Berbagai upaya sudah dilakukan. Mulai dari menyurati UNHCR dan komunikasi lainnya. Unjuk rasa bagi massa, menjadi jalan terakhir untuk mencari keadilan.
Sudah 17 hari mereka menggelar aksi menginap di depan gedung. Namun tidak ada kepastian dari UNHCR.
“Kami bukan binatang. Kami manusia, ingin hidup mormal,” ujar Ali, salah seorang massa.
Sejak ditampung di Indonesia, sudah 14 rekan Ali sesama pengungsi meninggal bunuh diri. Mereka diduga depresi karena terlalu lama tidak diberangkatkan. Ali hanya takut, depresi itu menimpa dirinya juga hingga nekat mengakhiri hidup.
Muhammad Juma, koordinator aksi meminta Presiden Joko ‘Jokowi’ untuk mengambil sikap. Mereka berterima kasih kepada pemerintah Indonesia yang selama ini sudah menampung dan memberikan tempat agar mereka tetap bisa hidup.
“Sampai kapan kami hidup seperti ini. Demonstrasi ini menjadi pilihan terakhir. Saya minta tolong sama Pak Jokowi. Bagaimana nasib kami ini. Kami mau jawaban yang benar, dari UNHCR. Negara kami tidak aman. Kami ingin solusi,” ungkap Juma.
Untuk diketahui, para pengungsi sebagian besar berasal dari etnis Hazara yang berada di Afghanistan. Mereka menolak kembali lagi kembali ke Afghanistan. Karena, mereka takut dibunuh oleh para Taliban yang kini menguasai negara itu.
Dalam beberapa bulan terakhir, intensitas unjuk rasa para warga negara Afghanistan kian menguat. Sejalan dengan peristiwa pengambilalihan Afghanistan oleh Taliban.