ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Setelah terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta, popularitas Jokowi melejit berkat rekam jejaknya yang baik dan pendekatannya yang membumi dan pragmatis, seperti yang ditunjukkan melalui program "blusukan" untuk memeriksa keadaan di lapangan secara langsung.
Akibatnya, Jokowi merajai survei-survei calon presiden dan menyingkirkan kandidat lainnya, sehingga muncul wacana untuk menjadikannya calon presiden.
Namun, selama berbulan-bulan wacana tersebut menjadi tidak pasti karena pencalonan Jokowi di PDIP harus disetujui oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Jokowi menegaskan, baru akan menentukan ikut pilpres atau tidak setelah pemilihan umum legislatif pada bulan April. Namun, pada 14 Maret 2014, Megawati akhirnya menulis langsung surat mandat kepada Jokowi untuk menjadi calon presiden.
Jokowi pun lantas mengumumkan, bersedia dan siap melaksanakan mandat tersebut untuk maju sebagai calon presiden dalam Pilpres 2014.
Ia juga mengungkapkan kesiapannya sembari mengucap "bismillah" dan mencium bendera merah putih di rumah Si Pitung. Selepas pengumuman ini, indeks IHSG melesat 152,47 poin menjadi 4.878,64, sementara nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat menguat hingga angka 11,386.
Pencalonan Jokowi juga diperkirakan dapat mendongkrak suara PDIP hingga 30 persen dalam pemilu legislatif. Namun, hasil hitung cepat menunjukkan bahwa suara PDIP gagal mencapai 20 persen.
Pada 19 Mei 2014, Jokowi mengumumkan bahwa Jusuf Kalla akan menjadi calon wakil presidennya. Pengumuman sekaligus deklarasi tersebut berlangsung di Gedung Joeang 45 di Menteng, Jakarta.
Pencalonan tersebut didukung oleh koalisi PDIP, Partai Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Hanura. Pada hari yang sama, Jokowi dan Jusuf Kalla secara resmi mendaftar di Komisi Pemilihan Umum.
Menjelang Pilpres, terdapat berbagai macam kampanye hitam yang dialamatkan kepada Jokowi, seperti isu capres boneka, keislaman Jokowi yang diragukan, tuduhan bahwa Jokowi adalah orang Tionghoa yang merupakan putra dari Oei Hong Leong, hingga klaim bahwa ia adalah antek asing dan bahkan zionis.
Jokowi pada akhirnya menjadi Presiden Republik Indonesia. Ia tercatat sebagai presiden ke-7 RI setelah memenangkan Pemilu 2014. Bersama Jusuf Kalla, Jokowi memperoleh 53,15 persen suara.
Mereka mengalahkan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang memperoleh 46,85 persen suara, sesuai keputusan KPU RI pada 22 Juli 2014. Presiden dan Wakil Presiden terpilih dilantik pada 20 Oktober 2014, menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono.