Para pemuka agama ikut dalam unjuk rasa bertajuk 'Tutup TPL' di depan Kantor Gubernur Suamtera Utara, Senin (10/11/2025). (IDN Times/Prayugo Utomo)
Dalam aksi demonstrasi, massa menyampaikan bahwa keberadaan PT Toba Pulp Lestari selama hampir empat dekade di Sumut telah memicu kerusakan hutan dan bencana ekologis. Mereka juga menilai perusahaan menjadi pemicu konflik agraria dan pelanggaran HAM di Tapanuli Raya.
Pastor Walden Sitanggang, Ketua Sekretariat Bersama Gerakan Oikumenis untuk Keadilan Ekologis di Sumatera Utara, menyebut konflik dengan PT TPL masih terjadi di sejumlah wilayah seperti Sihaporas (Simalungun), Aek Natinggir (Toba), Natumingka (Toba), dan Dolok Parmonangan (Simalungun).
“Kami ingin supaya Bobby hati-hati memberi statement di tengah luka yang sangat menganga ini, di tengah derita masyarakat ini,” kata Walden.
Sementara itu, Corporate Communication Head PT TPL, Salomo Sitohang, menegaskan bahwa perusahaan menolak tuduhan terkait kerusakan lingkungan. “Seluruh kegiatan PT TPL telah sesuai dengan izin, peraturan, dan ketentuan pemerintah,” ujar Salomo.