Ilustrasi salat jum'at (pexels.com/Defrino Maasy)
Politisi senior itu juga menegaskan bahwa tidak ada larangan bagi musafir untuk beristirahat di Masjid Agung Sibolga. Bahkan, pengurus masjid telah menyiapkan fasilitas di lantai dua bagi warga luar kota yang membutuhkan tempat istirahat sementara.
“BKM Masjid Agung tidak pernah melarang siapa pun tidur di sana. Justru disiapkan ruang di lantai dua untuk musafir. Disediakan juga teh dan kopi untuk jamaah yang beristirahat. Jadi kalau ada pihak yang melarang, apalagi sampai melakukan kekerasan, itu tindakan yang sangat keliru,” tegasnya.
Sebagai pimpinan DPRD, Jamil menyatakan akan mendorong peningkatan anggaran dan pembenahan pelayanan di Masjid Agung Sibolga agar menjadi masjid yang ramah musafir dan terbuka untuk kegiatan positif umat.
“Kami sudah duduk bersama ulama, BKM, Kementerian Agama, dan Wali Kota Sibolga. Ini teguran dari Allah agar kita memperbaiki diri. Masjid harus menjadi tempat yang hangat dan aman bagi siapa pun yang datang,” ujarnya.
Ke depan, pihaknya juga berencana menjadikan Masjid Agung sebagai pusat kegiatan keagamaan dan literasi masyarakat.“Akan ada perpustakaan, ruang baca, bahkan kegiatan ngopi selepas salat Isya. Kita ingin masjid ini hidup 24 jam, ramah musyafir, dan menjadi rumah bagi semua umat,” tambah Jamil.
Menutup keterangannya, Jamil menyampaikan pesan moral dari tragedi ini. Dia berharap ke depan tidak ada lagi kekerasan di masjid. “Cukuplah Arjuna menjadi pengingat bagi kita semua untuk lebih berbaik sangka, berbaik hati, dan melayani dengan kasih. Jangan lagi ada kekerasan di rumah Allah. Masjid harus menjadi tempat yang dirindukan, bukan ditakuti,” tutupnya.