Ilustrasi ancaman. (IDN Times/Mardya Shakti)
Selama kasus itu berjalan, Zulkarnain dan istrinya sudah pernah bertemu dengan orangtua korban. Mereka ingin kasusnya diselesaikan dengan cara kekeluargaan.
Zulkarnain sudah menyampaikan permintaan maaf. "Waktu itu saya menyampaikan kepada orang tua korban apalah yang bisa kami kasih supaya bisa mengembalikan semangatnya. Semisal, biaya perobatan atau lainnya. Kalau memang saya sanggup, pasti akan saya penuhi," katanya.
Kata Zulkarnain, saat itu ayah korban meminta mereka tidak memberikan apa-apa. Permintaan maaf itu dianggap sudah cukup. Saat itu, mereka juga sepakat ingin mencabut laporan. Namun, ayah korban tidak bersedia membuat surat pernyataan perdamaian.
"Karena merasa tidak enak, saya sempat sampaikan kepada orang yang menyambungkan mediasi untuk memberikan uang upah-upah senilai Rp 15 juta. Tapi besoknya saya dengar mereka minta uang perdamaian sampai Rp300 juta. Dan sampai hari ini mereka tidak mau turun dari angka tersebut," ungkap Zulkarnain.
Soal proses hukum yang berjalan, Zulkarnain menyerahkannya kepada pihak berwajib. “Sejauh ini memang saya masih menunggu prosesnya. Ya, macam mana nanti, kita belum tahu karena mereka yang menangani,” pungkasnya.
Untuk diketahui, karena pengeroyokan itu TSA mendapat sejumlah luka. Pelipis mata kirinya luka dengan beberapa jahitan. Matanya lebam, bibirnya bengkak. Dia dibawa ke RS Bunda Thamrin untuk mendapat perawatan.
“Paling parah itu di bagian otak terjadi kelainan. Kalau di surat CT-SCAN-nya ada lesi pada otak kiri," kata TSA kepada awak media.