Jakarta, IDN Times - Tokoh penerima Nobel Ekonomi 2009, Elinor Ostrom yang dikenal atas teorinya mengenai sistem kepemilikan kolektif, mengatakan bahwa dalam mengelola sumber daya yang terbatas, manusia bisa saling bekerjasama sehingga masing-masing individu akan mendapatkan manfaat dari sumber daya tersebut.
Begitupun halnya dengan Perum BULOG yang memiliki visi menjadi pemimpin rantai pasok pangan tepercaya, kerjasama dengan para pemegang kebijakan, termasuk pembuat regulasi pangan, mitra produksi, mitra bongkar muat dan impor, haruslah saling bersinergi sehingga tercipta ketahanan pangan untuk kesejahteraan masyarakat.
Hal ini bisa menjadi satu kesempatan maupun tantangan. Terlebih lagi masih kurangnya pemahaman masyarakat atas mekanisme dan jargon rantai pasok pangan, termasuk mekanisme impor di mana termasuk di dalamnya terdapat jargon, demurrage dan despatch.
“Demurrage atau keterlambatan bongkar muat adalah hal yang biasa. Jadi misalnya dijadwalkan 5 hari, menjadi 7 hari. Mungkin karena hujan, arus pelabuhan penuh, buruhnya tidak ada karena hari libur, dan sebaigainya. Demurrage itu biaya yang sudah harus diperhitungkan dalam kegiatan ekspor impor. Adanya biaya demurrage menjadi bagian konsekuensi logis dari kegiatan eskpor impor. Kami selalu berusaha meminimalkan biaya demurrage dan itu sepenuhnya menjadi bagian dari biaya yang masuk dalam perhitungan pembiayaan perusahaan pengimpor atau pengeskpor,” ucap Bayu Krisnamurthi, Direktur Utama Perum BULOG saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IV DPR, pada Kamis (20/6/2024).