Ilustrasi kegiatan posyandu. ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas
Beberapa kesenjangan umum di seluruh wilayah yang membutuhkan perhatian lebih lanjut antara lain:
Pertama, beban ganda paradoks malnutrisi dan obesitas. Kasus malnutrisi dan stunting di Indonesia dan Filipina masih tinggi, sementara jumlah anak yang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas meningkat di keempat negara tersebut. Hal ini menunjukkan potensi kurangnya akses informasi bagi pengasuh mengenai nutrisi yang tepat dan makanan sehat.
Kedua, ketimpangan dalam akses terhadap layanan kesehatan bagi beberapa kelompok penduduk, karena keterbatasan ekonomi atau ketersediaan layanan, terutama di daerah pedesaan, serta kekurangan tenaga profesional yang terlatih.
Ketiga, kurangnya perhatian terhadap lingkungan pembelajaran di rumah dan peran ayah. Kedua faktor ini memiliki dampak vital pada pengembangan anak usia dini.
Keempat, kurangnya kapasitas dalam sektor pengembangan anak usia dini. Diperlukan pelatihan, pengembangan, dan pengakuan bagi para tenaga kerja pengembangan anak usia dini, seperti tenaga kesehatan, guru, dan pekerja sosial, untuk meningkatkan kualitas layanan dan dukungan yang dapat mereka berikan kepada keluarga.
Kelima, kurangnya data dan penelitian tingkat nasional yang dapat diandalkan untuk mendukung pengambilan keputusan berbasis bukti. Perlu dukungan dan pengakuan terhadap penelitian dan pengumpulan data untuk lebih memahami kebutuhan masyarakat dan program-program yang efektif, guna membuat kebijakan dan keputusan yang lebih baik.
Keenam, kurangnya koordinasi antara para pemangku kepentingan. Diperlukan koordinasi antara para pembuat kebijakan, LSM, pendana, penyedia layanan, dan anggota masyarakat untuk meningkatkan implementasi kebijakan dan inisiatif dalam bidang pengembangan anak usia dini.
Studi ini dilakukan selama satu tahun pada 2022 dan menguji total 276 program dan 145 kebijakan nasional dan sub-nasional terkait pengembangan anak usia dini di keempat negara. Selain itu, CEI juga melakukan wawancara dengan 52 pemangku kepentingan dari pemerintah, akademisi, organisasi non-pemerintah, dan organisasi filantropi.
Studi ini merupakan hasil kolaborasi regional yang dipimpin oleh APC bekerja sama dengan CEI dan Centre for Holistic Initiatives for Learning and Development (CHILD), serta didukung oleh 11 anggota APC dan organisasi filantropi di seluruh wilayah, termasuk Tanoto Foundation, Ayala Foundation (Filipina), Yayasan Bakti Barito (Indonesia), Djarum Foundation (Indonesia), Knowledge Channel Foundation (Filipina), IshK Tolaram Foundation (Indonesia), Li Foundation (Singapura), Nomura (Singapura), Quantedge Advancement Initiative (Singapura), Ramon Aboitiz Foundation (Filipina), dan Zuellig Family Foundation (Filipina).