Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kantor Desa Negeri Gugung, Kecamatan Sibolangit, Deli Serdang (IDN Times/Arifin Al Alamudi)
Kantor Desa Negeri Gugung, Kecamatan Sibolangit, Deli Serdang (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Deli Serdang, IDN Times - Tahun 2021 ditandai sebagai tahun terang benderang untuk warga Desa Negeri Gugung, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Pada tahun itu, untuk pertama kali listrik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero resmi masuk ke desa ini.

Tak hanya menerangi, PLN masuk ke Desa Negeri Gugung bersama Iconnect, penyedia layanan internet broadband berbasis fiber optik milik PT Indonesia Comnets Plus (ICON+), anak perusahaan PLN. Kini warga bisa menikmati listrik 24 jam sehari dan lebih melek informasi. Kehadiran internet juga membuat warga desa bisa memperkenalkan potensi wisata alam di Negeri Gugung pada masyarakat luas.

Kepala Desa Negeri Gugung, Enda Sembiring bercerita selama 35 tahun desa mereka hanya menikmati listrik pada malam hari saja dengan mengandalkan PLTMH. Ketika PLN masuk, mereka bisa menikmati listrik sepanjang hari. Hal ini sangat membantu 140 KK di desa yang Sebagian besar hidup sebagai petani ini.

"Sekarang siang hari pun kami bisa memakai listrik dan menyalakan mesin untuk mengairi sawah. Kalau dulu harus pakai mesin genset. Beli bensinnya saja sudah jauh harus ke Sibolangit sana," katanya pada IDN Times, Senin (1/12/2025).

Sungai Dua Rasa Negeri Suah, Desa Negeri Gugung, Kecamatan Sibolangit, Deli Serdang (Dok. Disbudpar Deli Serdang)

Negeri Gugung jaraknya 55 kilometer dari Kota Medan. Namun medan yang terjal dan akses jalan yang buruk membuat desa ini sulit diakses. BahkanwWarga desa sering memelintir nama desa mereka menjadi Desa di Ujung Langit.

Setiap tahun Kepala Desa Negeri Gugung selalu membahas soal akses Listrik PLN dalam Musrenbang di tingkat Kecamatan. Pasca COVID-19, akhirnya PLN menyalurkan Listrik ke Negeri Gugung. Itupun dengan berbagai upaya ekstra agar masyarakat mau mengizinkan tanahnya untuk dibangun tiang listrik.

“PLN waktu itu mau masuk ke sini juga gak mudah, akses jalan masih jelek dan jauh. Kemudian soal ganti rugi pohon yang ditumbangkan karena pembangunan tiang Listrik. Banyak warga yang menolak kalau gak diganti rugi pohonnya. Jadi terpaksalah uang pribadi saya keluar mengganti pohon-pohon warga ini, sekitar Rp300 ribu satu pohon aku membayar,” kenang Enda.

Tak disangka Enda, kehadiran listrik PLN bak durian runtuh. Selain penerangan, PLN juga membantu warga untuk layanan internet dengan Iconnect. Selama ini warga hanya mengandalkan layanan 2G untuk hanya sekadar berteleponan. Sinyal 4G hanya bisa didapat jika warga mendaki ke bukit.

Dengan Iconnect, menurut Enda warga kini bisa mengakses internet 24 jam tanpa harus mendaki bukit lagi. Kini warga aktif memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan potensi wisata Negeri Gugung. Di antaranya yang paling popular adalah Sungai Dua Rasa.

Adalah Fajar, pemuda setempat yang rajin membuat konten tentang keunikan dan keindahan Sungai Dua Rasa Negeri Suah.

Terletak di Dusun Negeri Suah Desa Negeri Gugung, Sungai Dua Rasa karena sungainya bersumber dari dua mata air berbeda. Yang pertama adalah aliran air sungai biasa yang dingin sedangkan tepat di sebelah sungai Utama ada aliran mata air panas. Jadi pengunjung tinggal memilih ingin berendanm di air dingin atau air yang panas sesuka hati. Itu alasan warga menamainya Destinasi Wisata Sungai Dua Rasa.

Destinasi ini sempat sepi pengunjung pasca banjir bandang Sibolangit pada Desember 2024. Fajar bersyukur desanya sudah bisa menikmati internet 24 jam sehingga warga bisa mempromosikan Sungai Dua Rasa sudah aman dan bisa dikunjungi Kembali.

"Destinasi ini sudah lama sebenarnya, tapi dulu promosinya dari mulut ke mulut, gak pernah terlalu ramai. Pasca banjir bandang saya bersama warga di sini terus mempromosikan Sungai Dua Rasa biar viral dan ramai pengunjung lagi," terang Fajar.

Menurut Fajar, Sungai Dua Rasa jadi potensi ekonomi baru bagi warga Desa Negeri Gugung. Tiap akhir pekan selalu ramai pengunjung. Warga membagi tugas, ada yang mengelola parkir, mengelola pondok-pondok di pinggir sungai, ada yang berdagang jajanan dan souvenir, dan ada yang khusus mengelola tiket masuk.

"Kami yang sehari-hari bertani mendapat manfaat dari potensi wisata ini untuk bisa meningkatkan ekonomi warga di sini. Sekarang selain Sungai Dua Rasa, kami mencoba memperkenalkan destinasi lain di kampung kami ini pada wisatawan yang dating dan lewat media sosial," terang pemuda 30 tahun ini.

Potensi wisata lain dari Desa Negeri Gugung yang dimaksud Fajar adalah Pura Persadanta yaitu situs peninggalan sejarah Hindu, Air Terjun Sampuren Suah yang tingginya sekitar 30 meter, dan Goa Penen yaitu goa dengan kolam air panas di dalamnya. Dari Goa ini wisatawan bisa melihat view perbukitan dan susunan sengkedan sawah mirip di ubud.

"Kami sadar desa kami ini jauh (dari Medan) dan akses jalan juga belum aspal 100 persen, makanya kehadiran internet di kampung kami ini sangat membantu kami untuk mempromosikan wisata. Kalau promosinya bagus pasti orang mau datang, dan kami selalu berusaha kasih pelayanan terbaik untuk pengunjung, jangan sampai kecewa sudah jauh-jauh datang ke sini," ungkapnya.

Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin (dua kiri) (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

General Manager PLN UID Sumatera Utara, Mundhakir menargetkan tahun 2027 wilayah Sumut teraliri listrik 100 persen lewat Program Listrik Desa (Lisdes). Saat ini, tersisa 45 desa di Sumut yang belum dialiri listrik. Misalnya desa di Pulau Nias atau desa yang belum terbangunnya jaringan listriknya.

Ia menyampaikan bahwa tantangan pelayanan kelistrikan di Sumut terus berkembang seiring meningkatnya kebutuhan energi dan program transisi energi bersih yang dijalankan PLN. Kolaborasi strategis dengan berbagai pihak diyakini bisa mempercepat target PLN untuk menerangi Sumut 100 persen. Misalnya bulan ini PLN akan ada penambahan 500 MW dari PLTA Batangtoru. Penambahan ini bisa lebih mengoptimalkan sistem kelistrikan di Sumut.

“Kolaborasi antara energi, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat menjadi fondasi agar masyarakat dapat tumbuh mandiri dan berdaya. Mudah-mudahan, penambahan ini bisa lebih mengoptimalkan sistem kelistrikan di Sumut. Kalaupun ada pemadaman saat ini, lebih kepada pemeliharaan,” katanya.

Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin menilai Program Lisdes adalah bentuk keadilan dari segi pemerataan energi yang termaktub dalam Asta Cita Presiden Prabowo. Ia meyakini elektrifikasi ke daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar) akan mengubah pola konsumsi dan produksi masyarakat desa.

"Listrik yang masuk ke pedesaan akan menghidupkan pelaku UMKM, mendorong pelaku UMKM berkreativitas, memasarkan produk. Dengan internet kualitas SDM juga akan meningkat, ekonomi menggeliat, itu tidak mungkin terelakkan," jelasnya pada IDN Times.

Selain itu, menurut dia, pemerintah juga tak selalu harus membangun infrastruktur agar tujuan PLN menerangi 100 persen Desa tercapai. Sebab, ada beberapa daerah terpencil yang membutuhkan ongkos besar jika harus dialiri listrik dari infrastruktur milik PLN. Butuh strategi lain yang bisa dikolaborasikan antara PLN dan Pemerintah.

"Misalnya berikan insentif bagi rumah tangga untuk membeli panel surya atau kembangkan pembangkit kecil dari dinamo turbin air. Peran PLN yaitu edukasi, pendampingan, pengetahuan, biarkan mereka mandiri. Saya optimis Sumut bisa (100 persen elektrifikasi) dengan cara ini," kata Gunawan.

Editorial Team