Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi badai (unsplash.com/Johannes Plenio)

Nias Selatan, IDN Times – Beras di rumah-rumah warga di Pulau Simuk, Kecamatan Simuk, Kabupaten Nias Selatan, habis total sepekan terakhir. Saat dicari ke warung, stok pangan utama itu pun juga habis.

Sudah tiga minggu sejak kapal logistik terakhir, merapat ke sana. Baik dari Pulau Tello, atau pun kecamatan Teluk Dalam. Penyebabnya karena cuaca buruk. Badai yang membuat ombak tinggi.

Sepekan terakhir, warga hanya memanfaatkan bahan pangan yang ada. Mie instan, sagu hingga ketan. Sembari menunggu logistik dari Pulau Telo dan Kecamatan Teluk Dalam yang belum juga datang.

“Sejak tujuh hari yg lalu, masyarakat konsumsi roti, mie, terigu, ketan dan sagu. Jadi tiga hari lalu yg bisa dibeli di warung itu betul-betul habis. Dan masyarakat hanya konsumsi sagu,” kata Camat Simuk Gentelman Bago kepada IDN Times, Kamis (21/9/2023).

Untuk diketahui, Simuk termasuk pulau terluar Indonesia yang masuk ke dalam administratif Kabupaten Nias Selatan. Pulau yang ada di pesisir Barat ini berbatasan langsung dengan Samudra Hindia. 

1. Banyak anak-anak jatuh sakit karena tidak terbiasa makan sagu

Ilustrasi layanan kesehatan. (IDN Times/Arief Rahmat)

Kata Bago, kandasnya stok pangan di Simuk membuat anak-anak jatuh sakit. Mereka mengalami diare dan demam.

“Saya sudah tanya ke Puskesmas. Beberapa anak-anak jatuh sakit. Karena mereka tidak terbiasa makan sagu. Apalagi sebelumnya mereka hanya makan mie instan saja. Puji Tuhan sampai hari ini tidak ada yang meninggal,” kata Bago.

Sebelum ekspansi beras masuk ke Indonesia, warga Simuk memang memanfaatkan sagu sebagai makanan pokok. Namun saat ini jumlah luas lahan untuk tanaman sagu terus berkurang. Digantikan perkebunan kelapa untuk dijadikan Kopra sebagai mata pencaharian warga.

2. Cuaca buruk sudah berlangsung dua bulan, paling parah dua pekan terakhir

Editorial Team

Tonton lebih seru di