Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni bersama Gubernur Sumut Bobby Nasution saat memantau UMKM (dok.istimewa)
Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni bersama Gubernur Sumut Bobby Nasution saat memantau UMKM (IDN Times/Doni Hermawan)

Intinya sih...

  • Perhutanan sosial mendukung ekonomi rakyat

  • Data dan capaian nasional perhutanan sosial

  • Peran petani hutan di Sumut

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Medan, IDN Times- Menteri Kehutanan RI, Raja Juli Antoni, menegaskan ppemerintah terus mendorong agar pengelolaan perhutanan sosial secara optimal agar mampu menjadi penopang ekonomi rakyat sekaligus memberikan dampak ganda bagi kesejahteraan masyarakat. Menurutnya, program perhutanan sosial tidak hanya berorientasi pada hasil hutan, tetapi juga membuka peluang lapangan kerja dan berkontribusi dalam menekan angka kemiskinan ekstrem di kawasan hutan.

“Perhutanan sosial yang dikelola masyarakat diharapkan bisa mendapat akses modal dari perbankan. Dengan begitu kualitas produk meningkat, daya saing bertambah, dan masyarakat makin sejahtera,” kata Raja Juli dalam Lokakarya Perhutanan Sosial dan Temu Usaha Kelompok Tani Hutan yang digelar Yayasan Pesona Tropis Alam Indonesia (PETAI), Dinas LHK Sumut, Balai Perhutanan Sosial Medan, serta didukung BPDLH Kemenkeu, di Medan, Rabu (10/9/2025).

1. Data dan capaian nasional perhutanan sosial

Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni bersama Gubernur Sumut Bobby Nasution (dok.istimewa)

Ia menambahkan, perhutanan sosial juga merupakan bagian dari program strategis untuk mendukung Astacita Presiden Prabowo Subianto terkait ketahanan pangan nasional dan pengembangan energi baru terbarukan.

Hingga September 2025, tercatat 15.769 Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) terbentuk, terdiri dari 120 KUPS platinum, 1.350 gold, 5.749 silver, dan 8.550 blue. Sebanyak 11.065 Surat Keputusan (SK) Perhutanan Sosial telah diterbitkan, melibatkan 1,4 juta KK dengan luas 8,4 juta hektare di seluruh Indonesia.

“SK ini memberi hak kelola yang sah kepada masyarakat untuk memanfaatkan hasil hutan secara berkelanjutan sekaligus mengurangi deforestasi,” ujar Raja Juli.

Di Sumatra Utara, terdapat 251 SK perhutanan sosial dengan luas 113 ribu hektare dan melibatkan 25 ribu kepala keluarga. Masih ada sekitar 400 ribu hektare lagi yang berpotensi diberikan izin kelola kepada masyarakat.

2. Peran petani hutan di Sumut

Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni bersama Gubernur Sumut Bobby Nasution dalam dalam Lokakarya Perhutanan Sosial dan Temu Usaha Kelompok Tani Hutan (dok.istimewa)

Gubernur Sumut, Bobby Nasution, mengapresiasi petani hutan yang dinilainya berperan besar menjaga kelestarian hutan sekaligus menggerakkan ekonomi daerah. “Saya berterima kasih kepada petani hutan yang terus menjaga perekonomian Sumut melalui hasil hutan yang dikelola,” katanya.

Bobby juga meminta dukungan Menhut agar petani hutan dapat lebih mudah mengakses layanan perbankan atau modal usaha. “Mereka punya lahan dan kemampuan, tapi sering terkendala modal. Akses ke lembaga keuangan akan sangat membantu,” ujarnya.

3. Forum konsolidasi pembangunan hijau

Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni bersama Gubernur Sumut Bobby Nasution dalam dalam Lokakarya Perhutanan Sosial dan Temu Usaha Kelompok Tani Hutan (dok.istimewa)

Direktur Eksekutif PETAI, Masrizal Saran, menegaskan forum ini bukan sekadar diskusi, melainkan wadah konsolidasi komitmen seluruh pemangku kepentingan. “Sumut berada di garis terdepan dalam agenda pembangunan hijau nasional, selaras dengan visi misi Gubernur,” katanya.

Lebih dari 300 peserta hadir, terdiri dari pemerintah daerah, UPTD, KPH, pemegang izin perhutanan sosial, pendamping, serta mitra pembangunan. Sehari sebelumnya, sebanyak 50 dokumen RKPS-RKT telah disahkan sebagai peta jalan nyata pengelolaan hutan lestari dan produktif.

"Sumut di garis terdepan untuk yayasan pembangunan hijau. Saat ini perhutanan sosial baru 21 persen dengan 100 ribuan hektare. Ini target yang harus dikejar. Target tersisa itu bisa kita capai. Apalagi Sumut pnunya landskap kuncinya dari Batangtoru sampai Batanggadis," kata Masrizal.

“Ini bukti kolaborasi multipihak mampu melahirkan terobosan yang langsung menjawab kebutuhan masyarakat. Tantangan berikutnya adalah memastikan semua rencana benar-benar terimplementasi, memberi manfaat bagi masyarakat, dan menjaga kelestarian hutan kita bersama,” pungkas Masrizal.

Editorial Team