Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum sekaligus Ketua Pelaksana TKA SMAN 1 Medan, Toni Arif (IDN Times/Indah Permata Sari)
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum sekaligus Ketua Pelaksana TKA SMAN 1 Medan, Toni Arif, menjelaskan bahwa pelaksanaan ini dilakukan dengan dua gelombang yang dibagi dalam satu ruangan terdiri atas 20 orang per-sesi. TKA ini dilaksanakan selama dua hari, terdiri dari dua gelombang dan masing-masing gelombang memiliki tiga sesi.
Dia menjelaskan pada hari pertama diisi dengan tiga mata pelajaran wajib, yaitu Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, dan Matematika Wajib, sementara hari kedua adalah ujian dua mata pelajaran pilihan.
“Ada 19 mata pelajaran pilihan, siswa boleh memilih dua di antaranya. Pilihan itu disesuaikan dengan rencana jurusan kuliah mereka,” tuturnya.
Menurut Toni, secara konsep TKA mirip dengan Ujian Nasional (UN) yang pernah diberlakukan. Namun, perbedaan utamanya terletak pada fungsi dan tujuan. Jika dulunya UN bisa menentukan kelulusan, TKA tidak. TKA fungsinya sebagai validasi nilai rapor untuk seleksi masuk perguruan tinggi jalur prestasi (SNBP).
Lanjutnya, seluruh proses pembuatan soal hingga penilaian dilakukan oleh pusat. Secara teknis, pelaksanaan TKA dilakukan berbasis komputer.
“Ujiannya seperti ANBK (Asesmen Nasional Berbasis Komputer), tidak lagi menggunakan LJK (Lembar Jawaban Komputer). Ada dua mode, daring dan semi-daring. Untuk daring, yang paling penting itu koneksi internet. Kalau semi-daring seperti UTBK,” ujarnya.
Toni juga mengakui, tantangan terbesar TKA tahun ini adalah minimnya referensi soal, meskipun kementerian telah memberikan kisi-kisi materi yang akan diujikan.
“Ini kan pertama kali. Karena bank soalnya kan enggak ada, biasanya bank soal itu kan dari ujian-ujian sebelumnya. Jadi siswa agak kelimpungan untuk mengetahui soal-soal yang akan keluar,” katanya.