ilustrasi pakai masker (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
Sementara itu, ia menilai untuk menekan investasi saat pandemik COVID-19, diharapkan pemerintah memberikan insentif. "Misalkan kenapa kawasan ekonomi khusus aja di Sumatera Utara, dan kawasan industri diminati berarti belum ada kesungguhan dari Pemerintah memberikan insentif yang sesungguhnya kawasan ekonomi khusus pokoknya ada perlakuan khusus," jelasnya.
Ia melanjutkan, jika melihat dari negara tetangga seperti Malaysia atau Singapura dengan kawasan ekonomi khususnya full. Hal ini dikarenakan mereka sudah belajar.
"Pengambil kebijakan itu sudah tau karena sudah belajar apa yang dibuat oleh negara tetangga. Lalu kenapa kondisinya ironi dengan negara kita. Itu yang harus di tindak lanjutin. Hal-hal yang menghambat investasi itu, saya yakin sudah tau. Tapi kenapa implementasinya susah, apakah karena aturan atau karena potensi kehilangan penerimaan," tegasnya.
"Kita kan harus berpikir jangka panjang, kalau sekarang kita hilang. Orang investasi kan dapat gratis pajak dan lain-lain mau dia investasi sekarang pun sama-sama gak dapat kan negara. Kita kan gak ada investor masuk, makanya negara gak dapat duit kan. Ada pun investor masuk dan pemerintah kasih gratisan. Gak dapat penerimaannya saat ini tapi investornya sudah masuk. Dia udah bangun pabrik, dia sudah menciptakan lapangan kerja, Apalagi nanti dia beroperasi," ucap Wahyu sebagai pengamat ekonomi.
Ia menegaskan, kenaikan pajak PPN terkhusus untuk sembako ini tak pantas. "Dan saya rasa kalau bahan pokok itu rasanya janganlah itu dinaikkan. Karena itu kan barang kebutuhan primer dan orang harus mendapatkan," tutupnya.