Ilustrasi rumah sakit. (IDN Times/Khaerul Anwar)
Sementara Plt Dirut RSUD dr Djoelham Binjai dr Romy, yang sempat enggan berkomentar akhirnya angkat bicara. Dirinya mengaku, jika kejadian yang menjadi sorotan publik ini terjadi pada saat dirinya belum menjabat sebagai Plt.
Meski begitu, dirinya mengaku akan melakukan penelusuran terkait musibah yang diduga akibat buruknya pelayanan yang dilakukan pihak rumah sakit. Dirinya juga meminta bersabar dan kerjasama serta saran dari semua pihak untuk memberika pelayanan terbaik kedepan kepada masyarakat.
“Pada kejadian itu, saya belum ditunjuk sebagai Plt Direktur Djoelham. Akan kami telusuri, mohon bersabar dan kerjasama serta saran yang dapat membangun RSU dr Djoelham bang,” tegas Romy.
Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Binjai, dr Sugianto belum menjawab pesan yang dilayangkan wartawan. Konfirmasi yang dilakukan wartawan belum digubris.
Sebelumnya, pelayanan RSUD Djoelham kembali mendapat sorotan dari keluarga pasien. Kali ini, sorotan tersebut datang dari keluarga Agung Pramana, Minggu tanggal 9 Maret 2025. Anak Agung yang belum genap 1 tahun berinisial MAP meninggal dunia di rumah sakit milik Pemerintah Kota Binjai.
Keluarga mendug penyebab bayi 11 bulan akibat buruknya pelayanan RSUD Djoelham. Sebelumnya persoalan lain mencuat saat seorang pasien bernama R Br Ketaren (75) meninggal dunia saat sedang melakukan cuci darah.
Anak korban pun merasa tak puas dan ganjal atas kematian ibunya. Pasalnya sebelum ibunya wafat, di mesin cuci darah berbunyi alarm dan muncul tulisan "no water". Bahkan anak korban menyurati DPRD Binjai dan Inspektorat untuk menindaklanjuti apa yang dialami ibunya sebelum meninggal dunia.