Penampakan puncak Gunung Sinabung 26 Januari 2020 (Google Earth)
Meningkatnya aktivitas Sinabung, lanjut Armen, dipengaruhi oleh pertumbuhan kubah lava di Puncak Sinabung. "Kalau kami melihat kegempaan Gunung Sinabung hingga hari ini masih fluktuatif dalam kategori cukup tinggi. Kemungkinan juga akan diiringi dengan pertumbuhan kuba lava," jelasnya.
Terbentuknya kuba lava yang semakin membesar itu juga akan berpotensi terjadinya guguran lava di sekitaran Gunung Sinabung. Hal tersebut kemudian berdampak terjadinya awan panas guguran dan juga abu vulkanik.
Sejak Mei 2019, Sinabung berstatus siaga atau level 3. Petugas terus mengimbau masyarakat untuk tetap wapada. Warga juga tidak diizinkan melakukan aktivitas pada desa-desa yang sudah direlokasi, serta lokasi di dalam radius radial 3 kilometer dari puncak Sinabung.
"Radius sektoral 5 kilometer untuk sektor selatan, timur, dan 4 kilometer untuk sektor timur, serta utara," sebut Armen.
Apabila terjadi hujan abu, masyarakat diimbau memakai masker ketika keluar rumah untuk mengurangi dampak kesehatan dari abu vulkanik. "Lalu, mengamankan sarana air bersih serta membersihkan atap rumah dari abu vulkanis yang lebat agar tidak roboh," pungkas Armen.
Masyarakat yang berada dan bermukim di dekat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Sinabung agar tetap waspada terhadap bahaya lahar. Aktifitas vulkanis Sinabung terus terjadi sejak 2010 lalu.