Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Times/Prayugo Utomo

Medan, IDN Times – Duka tragedi tenggelamnya KM  Sinar Bangun, Senin (18/6) tahun lalu masih membekas. Hari ini tepat setahun tenggelamnya kapal yang membawa 188 penumpang itu.

Sebanyak 24 orang ditemukan. Tiga di antaranya meninggal dunia. Sedangkan 164 orang tidak ditemukan hingga sekarang. Sebuah tugu peringatan juga dibangun di seputaran Pelabuhan Tigaras, Kabupaten Simalungun untuk mengenang para korban. Di tugu itu tersemat nama-nama korban yang masih hilang.

Korban yang hilang diduga masih berada di dasar danau vulkanik terbesar itu. Kedalaman danau menjadi kesulitan utama untuk melakukan evakuasi kala itu.

Mayor Laut (P) Edy Tirtayasa masih berpangkat kapten saat itu menjabat sebagai Komandan Tim (Dantim) SAR Satuan Komando Pasukan Katak (Kopaska) Koarmada I bercerita bagaimana pengalaman mereka saat menyelam di Danau Toba.

1. Diperintahkan ke Danau Toba setelah mencari buaya di Tanjung Priok

unsplash.com/Nick Karvounis

Mayor Edy mengawali kisahnya dengan perintah atasannya. Seelum ke Danau Toba ternyata dia dan tim sedang mencari buaya di Pelabuhan Tanjung Priok. Saat sedang sibuknya mencari buaya, komandannya memerintahkan agar mereka ke Danau Toba untuk membantu proses evakuasi.

"Buset saya bilang. Sudah nggak pulang lebaran karena saya Nasrani. Lima hari nggak pulang nguber buaya. Tahu-tahunya di suruh berangkat. Makanya malam itu langsung saya browsing kondisi tempat yang mau saya datangi. Tahu-tahu saya lihat kedalaman 400-500 meter lebih,” ungkap laki-laki yang kini menjabat sebagai Komandan Kompi Markas (Dankima) Sat Kopaska Koarmada I, Selasa (18/6). 

2. Dinginnya air Danau Toba menjadi tantangan penyelam

Editorial Team

Tonton lebih seru di