Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_20250812_195202.jpg
Rumah Literasi Ranggi menggelar acara "Semarak Budaya Dongeng, Warisan Budaya Hidupkan Literasi" yang didukung oleh DPR-RI dan Kementerian Kebudayaan RI (Dok. Istimewa)

Intinya sih...

  • Penampilan Nurfadila, guru dongeng pasca pandemi COVID-19

  • Sofyan Tan menceritakan pengalamannya berkeliling dari satu sanggar ke sanggar lain

  • Acara sebagai wadah untuk menyebarkan nilai-nilai kebudayaan dan literasi

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Medan, IDN Times - Dalam suasana yang penuh keceriaan, Rumah Literasi Ranggi menggelar acara "Semarak Budaya Dongeng, Warisan Budaya Hidupkan Literasi" yang didukung oleh DPR RI dan Kementerian Kebudayaan RI, pada Selasa (12/8/2025).

Acara ini bertujuan untuk menghidupkan kembali tradisi bercerita dan meningkatkan literasi di kalangan masyarakat.

1. Ada penampilan Nurfadila, seorang guru yang terjun ke dunia dongeng setelah berhenti bekerja akibat pandemi COVID-19

Rumah Literasi Ranggi menggelar acara "Semarak Budaya Dongeng, Warisan Budaya Hidupkan Literasi" yang didukung oleh DPR-RI dan Kementerian Kebudayaan RI (Dok. Istimewa)

Acara dimulai dengan penampilan tarian India yang memukau oleh anak-anak, yang dikoreografikan oleh Kartika Triyono.

Namun, sorotan utama adalah penampilan mendebarkan dari Nurfadila, seorang guru yang terjun ke dunia dongeng setelah berhenti bekerja akibat pandemi COVID-19. Dalam penampilannya, Nurfadila menceritakan kisah "Si Bintang", seorang gadis cilik yang berjuang untuk mewujudkan cita-citanya.

Dengan boneka kesayangannya, Anis, Nurfadila berhasil menghibur dan menyampaikan pesan bahwa di balik setiap kesulitan, selalu ada kemudahan.

2. Sofyan Tan menceritakan pengalamannya berkeliling dari satu sanggar ke sanggar lain

Rumah Literasi Ranggi menggelar acara "Semarak Budaya Dongeng, Warisan Budaya Hidupkan Literasi" yang didukung oleh DPR-RI dan Kementerian Kebudayaan RI (Dok. Istimewa)

Membuka kegiatan, Anggota Komisi X DPR-RI, Sofyan Tan, membuka acara dengan pantun yang menggugah semangat. Dalam sambutannya, ia mengungkapkan rasa bangganya bisa hadir di Rumah Literasi Ranggi.

Sofyan Tan juga menceritakan pengalamannya berkeliling dari satu sanggar ke sanggar lain, mengagumi kekayaan budaya yang ada di Sumatera Utara (Sumut).

"Budaya adalah modal penting bagi bangsa kita. Tanpa budaya, kita ibarat mobil tanpa rem," ungkap Sofyan Tan.

Dia menekankan pentingnya pendidikan dan budaya dalam membangun karakter bangsa, serta mengajak semua pihak untuk bersama-sama mendukung pendidikan bagi anak-anak kurang mampu.

Sofyan Tan juga mengapresiasi Ranggini, penggagas Rumah Literasi, yang telah berkomitmen untuk membantu anak-anak belajar dan membaca.

"Rumah Literasi ini adalah oase di tengah kesepian, tempat di mana anak-anak bisa berkumpul dan belajar," tambahnya.

3. Acara ini sebagai wadah untuk menyebarkan nilai-nilai kebudayaan dan literasi

Rumah Literasi Ranggi menggelar acara "Semarak Budaya Dongeng, Warisan Budaya Hidupkan Literasi" yang didukung oleh DPR-RI dan Kementerian Kebudayaan RI (Dok. Istimewa)

Acara ini tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga sebagai wadah untuk menyebarkan nilai-nilai kebudayaan dan literasi. Dongeng, sebagai salah satu bentuk seni bercerita, diharapkan dapat menjadi pintu masuk bagi anak-anak untuk mencintai membaca dan menulis. Melalui dongeng, mereka dapat belajar tentang geografi, toleransi, dan kekayaan budaya Indonesia.

Dengan semangat yang membara, Sofyan Tan menutup sambutannya dengan harapan agar kebudayaan dan pendidikan terus digelorakan di seluruh penjuru tanah air. "Mari kita jaga persatuan dan kesatuan bangsa melalui kebudayaan yang arif," ajaknya.

Acara "Semarak Budaya Dongeng" di Rumah Literasi Ranggi bukan hanya sekadar pertunjukan, tetapi juga sebuah gerakan untuk menghidupkan kembali tradisi bercerita dan meningkatkan literasi di masyarakat.

Dengan dukungan semua pihak, diharapkan kegiatan ini dapat terus berlanjut dan memberikan dampak positif bagi generasi mendatang.

Editorial Team