Medan, IDN Times – Dua peti mati dengan ukiran khas Gorga Batak terpajang di Museum Negeri Sumatra Utara. Peti berukuran panjang 2 meter lebih dan lebar satu meter itu kondisinya dalam perbaikan, karena mengalami kerusakan cukup krusial. Rusak di beberapa sisi lantaran sudah uzur. Diperkirakan usianya di atas 100 tahun.
Dalam istilah Batak, peti mati diartikan sebagai abal-abal atau terkadang disebut parmualmualon. Yang ada di museum dibuat dari satu kayu utuh atau disebut Hau Sada. Dibuat dua sisi, sebagai bilik jenazah dan penutupnya.
Di bagian kepala terdapat ukiran gorga dengan kombinasi warna merah, hitam dan putih. Warna yang punya makna filosofis mendalam bagi etnis Batak. Bentuknya seperti perahu. Konon dalam kepercayaan Batak Kuno, perahu itu yang membawa arwah almarhum ke surga.
Biasanya, Abal-abal dibuat dari pohon nangka, jabi-jabi atau jenis pohon bergetah, pohon enau. Setiap prosesnya, mulai dari meminta pande atau tukang untuk membuat abal-abal hingga selesai, semuanya menggunakan ritual. Tidak boleh asal dibuat sembarangan.
Secara spritualitas, bentuk penutup peti itu dibuat menyerupai perahu. Alasannya adalah bahwa menurut kepercayaan kuno Batak, diyakini perahu lah kendaraan yg membawa rohnya menuju surga.
Abal-abal tidak menggunakan paku dalam pembuatannya. Antara penutup dan bilik jenazah hanya diikat menggunakan rotan.