Medan, IDN Times – Pernyataan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal Suharyanto terkait bencana hanya mencekam di media sosial menuai hujatan masyarakat. Setelah dihujani kritik, Suharyanto meminta maaf.
“Saya surprise (terkejut), saya tidak mengira sebesar ini. Saya tidak mengira sebesar ini. Saya mohon maaf Pak Bupati. Bukan berarti kami tak peduli,” kata Suharyanto usai meninjau kondisi banjir di Tapanuli Selatan, Minggu (30/11/2025).
Sebelumnya, pernyataan kontroversial itu disampaikan Suharyanto dalam konferensi pers, Jumat (28/11/2025).
“Kemarin kan kelihatannya mencekam yah, kan berseliweran di media sosial, gak bisa ketemu, apa. Tapi begitu sampai ke sini sekarang. Begitu rekan media tadi hadir di lokasi kemudian tidak hujan, coba di Sumatera Utara yang kelihatannya mencekam, kan sekarang menjadi hal yang sangat serius tinggal Tapanuli Tengah,” kata Suharyanto.
Hal itu disampaikan Suharyanto setelah menanggapi soal belum diberlakukannya darurat bencana nasional.
Untuk diketahui, bencana alam di Sumatera Utara memakan begitu banyak korban jiwa. Data per 1 Desember 2025 pagi menunjukkan, korban jiwa sudah berada di angka 217 jiwa.
Angka ini mencakup korban dari berbagai wilayah terdampak, termasuk Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Kota Sibolga, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Pakpak Barat, Padang Sidempuan, Deli Serdang, dan Nias. Sementara itu, jumlah warga yang dilaporkan hilang meningkat menjadi 209 orang, menyusul banyaknya laporan kehilangan keluarga di posko-posko pengungsian.
Ribuan warga hingga kini masih bertahan di posko pengungsian. Sebaran pengungsi tercatat mencapai 3.600 jiwa di Tapanuli Utara, 1.659 jiwa di Tapanuli Tengah, 4.661 jiwa di Tapanuli Selatan, 4.456 jiwa di Kota Sibolga, 2.200 jiwa di Humbang Hasundutan, dan 1.378 jiwa di Mandailing Natal. Kondisi di lapangan masih penuh keterbatasan, sementara cuaca buruk dan akses terputus menjadi kendala utama distribusi logistik.
