Batam, IDN Times - Dua tahun sudah masyarakat Rempang bertahan menghadapi proyek Rempang Eco City. Sejak bentrokan dengan aparat kepolisian pada 7 September 2023, penolakan warga tak pernah surut. Setiap tahun, mereka memilih cara berbeda untuk memperingati peristiwa itu sekaligus menegaskan sikap mereka.
Jika pada tahun pertama warga Pulau Rempang menabur bunga di jembatan penghubung Pulau Rempang dan Setokok, tahun ini 7 September 2025, warga mengemas perlawanan dalam bentuk lainnya: pasar rakyat bertajuk Pekan Ruang Hidup.
Kegiatan ini dilaksanakan di Simpang Sungai Raya, mereka membuka lapak sederhana berisi hasil bumi, ikan, hingga buah-buahan. Semua ludes dibeli pengunjung. "Rempang bukan untuk dijual. Rempang adalah ruang hidup kami semua," kata Roziana, Sekretaris Aliansi Masyarakat Adat Rempang-Galang Bersatu (AMAR-GB), saat membacakan deklarasi penolakan proyek.
Selain membangun suasana pasar, spanduk-spanduk penolakan terbentang di antara lapak: Tolak Proyek Rempang Eco City, Menanam Bukan Kriminal, hingga Rempang Menolak Tumbang. Selain berdagang, warga menggelar doa bersama dan pentas seni, cara mereka merawat ingatan sekaligus menyatakan bahwa penolakan tetap hidup.