Pariwisata Pulau Cempedak di pesisir Bintan Timur, Kepulauan Riau (Dok: Pengelola Pulau Cempedak)
Sementara itu, Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau akan mengevaluasi secara menyeluruh pelaksanaan PSN Toapaya di pesisir Bintan Timur. Evaluasi ini dilakukan menyusul munculnya kekhawatiran pelaku pariwisata terhadap potensi kerusakan ekosistem laut di sekitar kawasan proyek tersebut.
Wakil Gubernur Kepulauan Riau Nyanyang Haris Patimura mengatakan, terdapat potensi bawah laut yang masih terjaga di sekitar kawasan proyek. Berdasarkan eksplorasi awal, sedikitnya 450 spesies bawah laut ditemukan, dengan sekitar 60 persen di antaranya dalam kondisi baik.
"Kita sudah eksplor. Memang ada investasi di sana, tetapi ekosistem laut juga penting. Maka dari itu, kita akan duduk bersama tokoh masyarakat dan pemuda untuk mencari solusi terbaik agar investasi tidak merusak lingkungan," kata Nyanyang di Batam, Sabtu (17/5/2025).
Nyanyang menambahkan, diskusi lintas sektor tersebut juga akan melibatkan dinas lingkungan hidup untuk meninjau kembali dokumen analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) dari proyek PSN itu. Pemerintah provinsi, katanya, ingin memastikan bahwa kegiatan investasi tidak berdampak negatif terhadap keseimbangan ekosistem laut.
"Kita bukan sedang menolak, tetapi sedang menjajaki dan menyelaraskan kepentingan. Jangan sampai investasi justru merusak apa yang selama ini terjaga," ungkapnya.
Di lokasi yang sama, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kepulauan Riau pada saat itu, Guntur Sakti menyampaikan hal senada. Menurutnya, investasi dan pariwisata harus tumbuh secara paralel dan tidak saling mengorbankan.
Pemerintah daerah, lanjutnya, tengah menggagas forum komunikasi yang mempertemukan pelaku investasi dan pelaku pariwisata di sekitar Galang Batang.
"Saya berharap keberadaan PT BAI (pengelola PSN KEK Galang Batang) yang menunjang sektor industri juga memperhatikan keberlangsungan sektor pariwisata. Koordinasi dan komunikasi antarpihak perlu diperkuat, agar pembangunan bisa tetap berjalan, tetapi dengan meminimalkan dampak lingkungan," kata Guntur.
Guntur menambahkan, pihaknya sedang menghimpun berbagai informasi terkait kondisi ekosistem laut dan potensi dampak dari proyek investasi. Hal ini dilakukan untuk merumuskan solusi yang menyeluruh dan berkeadilan.
"Industri bisa berjalan, tetapi pariwisata dan ekosistem juga harus tumbuh dan berkembang. Kita sedang menggali lebih jauh agar dapat menemukan solusi terbaik," katanya.
Ia juga mengingatkan, Kepulauan Riau telah ditetapkan sebagai salah satu dari tiga daerah percontohan destinasi regeneratif di Indonesia. Konsep ini menekankan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dengan memperhatikan dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan.
"Kepri menjadi salah satu provinsi yang diamanatkan menjalankan konsep ini. Maka dari itu, segala bentuk investasi harus berjalan dengan prinsip kehati-hatian," tutupnya.