Polisi Sebut Banyak Rohingnya yang Tak Punya Kartu dari UNHCR

Banda Aceh, IDN Times - Kepolisian Resor Kota (Polresta) Banda Aceh mengungkap sejumlah fakta baru mengenai warga negara asing diduga pengungsi dari Etnis Rohingya yang terdampar di Tanah Rencong. Termasuk alasan warga yang disebut terusir dari Negara Myanmar itu mendarat di Indonesia, khususnya Aceh.
Hal ini disampaikan Kapolresta Banda Aceh, Komisaris Besar Polisi (KBP) Fahmi Irwan Ramli, dalam konferensi pers pengungkapan dugaan tindak pidana penyelundupan orang atau people smuggling, Senin (18/12/2023).
Seperti diketahui satu unit kapal motor mendarat di pantai kawasan Dusun Blang Ulam, Gampong Lamreh, Kecamatan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Minggu (10/12/2023) sekira pukul 07.00 WIB. Kapal membawa 137 orang diduga pengungsi Rohingya.
1. Tidak semua Rohingya yang terdampar adalah pengungsi dari Cox's Bazar

Fahmi mengatakan hasil pemeriksaan dan keterangan sejumlah saksi diketahui bahwa 137 orang warga negara asing yang mendarat di Kecamatan Mesjid Raya beberapa lalu, tidak memiliki kartu pengenal pengungsi dikeluarkan United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR).
“Artinya dapat disimpulkan di sini bahwa yang terdampar beberapa waktu yang lalu itu tidak semuanya pengungsi yang dari Cox’s Bazar,” kata Fahmi.
2. Polisi klaim pengungsi yang datang bukan menyelamatkan diri, tapi mencari pekerjaan

Tidak hanya itu, Fahmi juga menyampaikan dari 137 orang warga negara asing yang terdampar ditemukan dua orang berkebangsaan Bangladesh dan bukan Myanmar seperti Etnis Rohingya kebanyakan.
Selanjutnya dikatakan Fahmi, mereka yang berangkat dari Kamp Penampungan Cox’s Bazar Bangladesh, bukan untuk mengungsi atau menyelamatkan diri. Melainkan sengaja kabur untuk mencari pekerjaan.
“Dari pemeriksaan saksi-saksi yang kita mintai keterangan menerangkan bahwa mereka datang ke negara tujuan memperbaiki hidupnya mencari pekerjaan,” ujar Fahmi.
“Bisa kita simpulkan untuk sementara ini bahwa mereka bukan dalam keadaan darurat dari negara asal menuju Indonesia. Mereka punya tujuan yaitu mendapat kehidupan yang lebih baik dengan cara mencari pekerjaan di negara tujuan,” imbuh Fahmi.
3. Awalnya Indonesia bukan negara tujuan, namun belakangan menjadi incaran

Fahmi menjelaskan para terduga pengungsi yang mendamparkan diri ke wilayah pesisir Kabupaten Aceh Besar beberapa hari lalu tersebut sebagian biaya keberangkatan dibiayai orang tua maupun saudara mereka di Kamp Penampungan Cox’s Bazar Bangladesh.
Sehubungan dengan itu, Fahmi juga menyampaikan alasan warga negara asing Etnis Rohingya mendaratkan diri ke wilayah Indonesia khususnya Aceh awalnya hanyalah transit.
“Tetapi dari akhir-akhir ini berdasarkan hasil wawancara yang kita lakukan, sekarang Indonesia itu menjadi negara tujuan untuk mendapatkan pekerjaan dan kehidupan yang lebih layak,” kata Fahmi.
4. Sekilas penangkapan seorang warga Myanmar yang menjadi terduga penyelundupan orang

Diberitakan sebelumnya Polresta Banda Aceh menetapkan seorang warga negara Myanmar dari Etnis Rohingya, berinisial MA (35), sebagai tersangka dugaan kasus tindak pidana penyelundupan orang atau people smuggling, Jumat (15/12/2023). Sebelum ditangkap, dia sempat mengaku pengungsi Rohingya yang ikut terdampar.
Penetapan dilakukan usai satuan reserse kriminal (sat reskrim) memeriksa MA sebagai saksi dari kasus terdamparnya 137 orang warga negara asing diduga pengungsi Etnis Rohingya di pesisir Aceh beberapa waktu lalu.
“Tersangka berinisial MA (35) warga Myanmar atau Pengungsi Camp 1 Blok H-88 Kutupalum, Lokasi Penampungan Etnis Rohingya di Cox’s Bazar Bangladesh,” kata Fahmi.
MA yang berlayar membawa 135 orang warga Etnis Rohingya beserta satu orang rekannya berinisial AH, bukanlah pengungsi baru. Pria berusia 35 tahun yang berperan sebagai nahkoda itu sebelumnya pernah mendarat di Aceh pada 2022.
“Jadi sebenarnya tersangka ini pada 2022, pernah tinggal di pengungsian di Muara Batu, Aceh Utara. Kemudian dia melarikan diri melalui Dumai, Riau, ke Malaysia,” ungkap Fahmi.
“Dia sempat bekerja di Malaysia sekitar tujuh bulan, kemudian dia kembali ke Cox Bazar. Dia menghimpun orang-orang ini termasuk anak-anak dan istrinya yang dibawa dalam kelompok yang terdampar 137 orang,” pungkas Fahmi.