Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pupuk (pexels.com/Kaboompics.com)
ilustrasi pupuk (pexels.com/Kaboompics.com)

Toba, IDN Times – Para petani di Kabupaten Toba curhat ke Gubernur Sumatera Utara Muhammad Bobby Afif Nasution. Mereka bercerita harga pupuk yang mahal, harga jual hasil pertanian yang rendah, hingga masalah infrastruktur jalan yang memperlambat akses distribusi hasil tani.

Persoalan itu disampaikan petani saat Bobby berkunjung ke Kelurahan Parsoburan, Kecamatan Habinsaran, Borbor, dan Nassau, Kamis (25/9/2025) malam.

1. Warga keluhkan harga pupuk yang mahal

ilustrasi pupuk kimia (vecteezy.com/Worawuth Sawaengsuk)

Masyarakat mengaku harga pupuk di daerah mereka jauh lebih tinggi dari ketentuan resmi. Harga pupuk Phonska dan Urea dijual sekitar Rp270 ribu per karung, padahal Harga Eceran Tertinggi (HET) seharusnya Rp230 ribu.

Menanggapi hal itu, Bobby berjanji akan mempertemukan petani dengan penyedia pupuk serta pengangkutnya agar harga bisa disepakati bersama.

“Kita akan pertemukan petani, penyedia pupuk dan pengangkutnya, karena kalau saya lihat akses ke sini yang membuat harga lebih mahal, kalau kita paksa penyedia pupuk turunkan harga atau pengangkutnya bisa tumpur mereka, jadi coba kita pertemukan biar dapat harga yang pas,” kata Bobby.

2. Jalan rusak bikin harga hasil tani jadi rendah

ilustrasi jalan rusak (IDN Times/Esti Suryani)

Selain soal pupuk, warga juga mengeluhkan harga jual produk pertanian yang rendah dibanding daerah lain. Bobby menyebut salah satu penyebabnya adalah akses jalan yang buruk sehingga waktu tempuh jadi lebih lama dan biaya distribusi meningkat.

“Permasalahan ini muncul salah satu faktor utamanya jalan yang kurang baik, waktu tempuh yang harusnya sejam jadi dua jam lebih, itu tentu mempengaruhi cost, oleh karena itu kita akan kerjakan tahun ini dan tahun depan,” ujar Bobby.

3. Masalah pendidikan juga jadi perhatian warga

ilustrasi jalan rusak (pexels.com/Wilson Malone)

Keluhan masyarakat ternyata tidak hanya di bidang pertanian. Warga Habinsaran juga menyinggung sulitnya akses ke SMAN 2 Habinsaran serta minimnya tenaga pengajar. Kondisi ini membuat sebagian orangtua lebih memilih menyekolahkan anaknya ke sekolah lain.

“Kalau akses itu statusnya jalan kabupaten, dan Pak Bupati akan buat perencanaan mudah-mudahan tahun depan jalannya dibagusin, untuk guru kita lihat lagi bagaimana kebutuhannya, yang pasti kita akan upayakan kedua sekolah ini diminati masyarakat,” kata Bobby.

Editorial Team