Forum Komunitas Bela Nusantara Indonesia (FKBNI) dan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah I Sumatera Utara menggelar acara peringatan Hari Pahlawan Nasional (IDN Times/Indah Permata Sari)
Dari pantauan IDN Times, kehadiran unsur civitas akademika dan masyarakat ini membuktikan bahwa semangat nasionalisme masih tertanam kuat di berbagai lapisan masyarakat Sumatera Utara.
Suasana keakraban terjalin erat antara peserta dan panitia. Setelah lelah berjalan santai, peserta disuguhkan sarapan bersama dan hiburan, sebelum memasuki acara inti. Tari persembahan yang ditampilkan menambah nuansa budaya yang kental dalam perhelatan nasionalis ini.
Puncak acara ditandai dengan Orasi Kebangsaan dan penandatanganan "Maklumat Bersinar" (Bersih Narkoba), yang menjadi simbol komitmen bersama melawan ancaman nyata bangsa saat ini.
Adapun isi orasi yang tertulis dari Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah I, Prof. Saiful Anwar Matondan sebagai berikut:
"Setiap tahun dalam rangka mengenang jasa-jasa para pahlawan kita, khususnya yang dengan gigih bertempur pada waktu Brigjen Mallaby dari Inggris tewas di Surabaya, sehingga seluruh masyarakat Surabaya pada waktu itu diminta untuk menyerah dan menyerahkan senjatanya kepada pasukan Inggris. Namun, masyarakat Surabaya dipimpin oleh Bung Tomo tidak mau menyerah kepada penjajah Inggris, bahkan melawan, sehingga pemerintah menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan.
Tema hari pahlawan pada tahun ini adalah "Pahlawanku Teladanku, Terus Bergerak Melanjutkan Perjuangan" yang mengajak masyarakat meneruskan semangat perjuangan pahlawan dalam kehidupan sehari-hari.
Sekarang ini setelah kita merdeka, yang menjadi masalah kita tidak lagi melawan penjajahan atau sekutu seperti yang terjadi di Surabaya. Tapi pejuangan kita sekarang adalah mengentaskan kemiskinan, mengentaskan kebodohan, dan juga hal-hal yang terkait dengan perilaku yang merugikan diri sendiri maupun masyarakat.
Saya sangat senang bahwa panitia memilih sub tema "Berdaulat Bersinar", di mana Bersinar ini singkatan dari bersih dari narkoba, dengan harapan besar nantinya seluruh sekolah dan kampus akan bersih dari penyalahgunaan narkoba.
Salah satu implementasi bersinar ini adalah LLDikti Wilayah 1 Sumatera Utara telah membuat edaran kepada seluruh pimpinan perguruan tinggi yang mengharuskan mahasiswa baru mengikuti tes urin ataupun tes narkoba. Apabila ditemukan calon mahasiswa yang positif terindikasi penyalahgunaan narkoba, kita menyarankan untuk direhab terlebih dahulu, nantinya setelah sehat, diperbolehkan ikut kuliah di tahun berikutnya.
Saya ingin menekankan tentang pentingnya mengentaskan kemiskinan.
Mengentaskan kemiskinan menjadi salah satu tanggung jawab dari perguruan tinggi melalui "Kampus Berdampak". Dimana Perguruan tinggi diminta oleh Bapak Presiden Prabowo Subianto membantu masyarakat miskin, masyarakat pedesaan, UMKM, dan nelayan, untuk memberikan solusi atas berbagai macam persoalan yang ada di masyarakat khususnya persoalan ekonomi dan sosial.
Dengan tagline Kampus Berdampak, Universitas Berdampak, Mahasiswa Berdampak, Dosen Berdampak, diharapkan hasil-hasil penelitian ataupun riset kita dapat dibawa dan bermanfaat bagi masyarakat sehingga mampu merubah paradigma pendidikan tinggi yang lebih bermanfaat.
Penyebab utama kemiskinan adalah mindset ataupun pola fikir yang keliru, di mana mindset sebagian besar warga kita bahwa kita memiliki tanah yang sangat luas, sangat kaya, dan tanpa kerja keras akan mendapat berkat dari alam. Sementara negara-negara maju menempatkan teknologi dan sains untuk mengolah alam. Maka ketika kita hanya mengandalkan alam an sich, kemiskinan itu akan terus berada di tengah-tengah masyarakat.
Seorang nelayan yang hanya mengandalkan pancing untuk mendapatkan ikan dan setelah itu yang bersangkutan pulang ke rumah, begitu simpel-lah kira-kira pemikirannya. Maka kita dari perguruan tinggi diharapkan turun ke tengah-tengah masyarakat, merubah mindset yang keliru, membawa penelitian mini, alat-alat teknologi tepat guna yang simpel, dan dapat dioperasikan..
Tugas kampus adalah membantu masyarakat yang miskin menjadi sejahtera.
Dosen dalam Kampus Berdampak tidak hanya mengajar tetapi juga memberikan hasil-hasil inovasi dan penelitian berupa teknologi tepat guna kepada masyarakat, agar nantinya berubah menjadi Masyarakat yang sejahtera.
Keinginan Bapak Presiden untuk meningkatkan kesejahteraan Masyarakat sangatlah besar, dan amanah ini diberikan kepada perguruan tinggi, karena perguruan tinggi adalah kumpulan profesor, kumpulan doktor, dan ilmuwan yang tentunya dapat memberikan inovasi-inovasi terbaru, teknologi terbaru, teknologi tepat guna yang membantu masyarakat.
Jadi jelas musuh pertama kita adalah kemiskinan, dan perguruan tinggi melalui tema Kampus Berdampak harus mampu berbuat banyak kepada masyarakat.
Yang kedua, dalam rangka mencapai Indonesia Emas 2045, kita memerlukan tenaga-tenaga terdidik dan terampil. Perguruan tinggi tidak hanya menghasilkan sarjana-sarjana, tetapi juga menghasilkan tenaga-tenaga terampil dan terdidik yang dapat menjadi backbone dari masyarakat, industri di tahun 2045.
2045 nanti, 20 tahun ke depan, adalah ulang tahun ke-100 Indonesia. Maka Bapak Presiden juga menekankan kepada perguruan tinggi untuk menghasilkan tenaga terdidik, tenaga terampil yang dapat menjadi tulang punggung dari Indonesia Emas 2045.
Para generasi muda yang menjadi mahasiswa baru pada tahun ini, tentunya nanti di tahun 2045 akan menjadi manajer, menjadi pengusaha, dan juga menjadi pimpinan di birokrasi dan BUMN. Artinya mereka adalah pemimpin masa depan kita. Maka perguruan tinggi wajib mempersiapkan mereka menjadi tenaga terampil, tenaga terdidik yang dapat mengisi Indonesia Emas 2045.
Komposisi tenaga kerja kita sekarang ini masih belum mencapai posisi yang ideal untuk menjadi negara maju, yang mana masih didominasi oleh tamatan SMP dan SMA. Kita berharap 20 tahun ke depan yaitu di tahun 2045, tenaga kerja yang dominan adalah tamatan Diploma dan sarjana.
Jadi, itulah pesan kami pada orasi ilmiah kebangsaan ini, bahwa perjuangan kita sekarang tidak lagi menghadapi penjajah baik itu Belanda, Jepang maupun sekutu Inggris, melainkan berjuang melawan penjajahan berupa kebodohan dan juga kemiskinan di tengah-tengah masyarakat.
Dua kunci yang paling penting adalah pendidikan dan keterampilan menjadi alat ungkit masyarakat untuk menjadi masyarakat yang berdaya, berkemampuan untuk merealisasikan Indonesia Emas 2045. Tentunya ini diharapkan bisa didapatkan dari perguruan tinggi dengan tagline-nya Perguruan Tinggi Berdampak, Dikti Saintek Berdampak, sesuai dengan harapan kementerian untuk mewujudkan cita-cita Presiden Republik Indonesia Bapak Prabowo Subianto.
Semoga perguruan tinggi dapat mengentaskan kemiskinan dan juga melahirkan talenta-talenta terbaik untuk Indonesia Emas 2045.
Dengan semangat Hari Pahlawan melalui tema "Pahlawanku Adalah Teladanku." Jadikanlah para pahlawan kita, Bung Tomo dan yang lain-lain, sebagai teladan untuk menyongsong masa depan yang bebas dari kebodohan dan kemiskinan," dalam orasi yang dibacakan.