Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi hujan asam (pexels.com/Genaro Servín)
ilustrasi hujan asam (pexels.com/Genaro Servín)

Intinya sih...

  • DMI negatif (-1,27) mempengaruhi suhu permukaan laut antara Samudra Hindia barat dan timur.

  • MJO Fase 3 berdampak pada intensitas curah hujan di wilayah Sumut, bisa menyebabkan cuaca ekstrem.

  • Belokan angin atau konvergensi memicu pertumbuhan awan konvektif, sedangkan SST anomali hangat meningkatkan aktivitas konvektif di Sumut.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Medan, IDN Times - Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) wilayah 1 Medan memprediksi akhir-akhir ini di beberapa titik Sumatra Utara mengalami kondisi cuaca tak menentu. Terkadang panas dan tiba-tiba berubah menjadi hujan deras. Pola ini merupakan khas transisi dari musim kemarau hingga musim hujan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor meteorologi.

"Adapun faktor tersebut, yaitu nilai DMI yang negatif (-1,27), MJO berada di Fase 3, belokan angin dan konvergensi, serta SST anomali yang hangat sehingga berpotensi meningkatkan aktivitas/pola konvektif di wilayah Sumatera Utara," kata Putri Afriza selaku Prakirawan BBMKG Wilayah 1 Medan, pada IDN Times, Rabu (22/10/2025).

Untuk suhu udara mencapai 15 sampai dengan 32 derajat Celcius dengan kelembapan udara mencapai 70 hingga 99 persen. Angin dari arah Selatan menuju Timur, dan Kec. 4 hingga 11 km/jam.

Berikut penjelasan BMKG soal 4 faktor kondisi cuaca yang saat ini dialami oleh wilayah Sumut.

1. Faktor nilai Dipole Mode Indeks (DMI)

ilustrasi hujan asam (pexels.com/Pixabay)

Pertama faktor nilai Dipole Mode Indeks (DMI). Biasa disebut atau disingkat dengan DMI. Dia menjelaskan bahwa, faktor ini merupakan perbedaan suhu permukaan laut antara Samudra Hindia bagian Barat dan Timur.

2. Madden Julian Oscillation

ilustrasi hujan asam (pexels.com/Aleksandar Pasaric)

Selanjutnya MJO adalah singkatan dari Madden Julian Oscillation. Faktor ini merupakan sebuah fenomena cuaca di daerah tropis berupa pergerakan awan dan curah hujan yang melintasi Bumi dari barat ke timur setiap 30-60 hari.

Terkadang fenomena ini dapat memengaruhi cuaca di wilayah yang dilaluinya, termasuk Indonesia, dan berdampak pada peningkatan intensitas curah hujan yang berpotensi menyebabkan cuaca ekstrem seperti banjir atau tanah longsor, untuk wilayah Indonesia bagian barat berada pada MJO Fase 3.

3. Belokan angin atau konvergensi

Ilustrasi hujan di Kota Makassar. IDN Times/Irwan Idris

Kemudian ada belokan angin atau konvergensi. Artinya, adalah pola angin yang mempengaruhi atau memicu pertumbuhan awan konvektif (awan hujan).

4. Anomali Sea Surface Temperature atau SST

Ilustrasi wanita memakai jas hujan (freepik.com/drobotdean)

Terakhir adalah anomali Sea Surface Temperature (SST). SST anomali yang hangat sehingga berpotensi meningkatkan aktivitas/pola konvektif di wilayah Sumatera Utara.

SST adalah ukuran suhu pada lapisan air paling atas dari lautan. Semua faktor ini cukup mendukung kondisi pembentukan awan konvektif (awan hujan) di wilayah Sumatera Utara.

Dia mengimbau kepada masyarakat untuk selalu waspada potensi hujan ringan hingga sedang, dalam waktu lama yang dapat disertai petir dan angin kencang di sebagian besar wilayah Sumatera Utara yang dapat menyebabkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, dan longsor.

Editorial Team