Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Gereja Protestan Indonesia Barat (IDN Times/Indah Permata Sari)

Medan, IDN Times - Pendeta Semuel Albertus Zacharias Karinda menjelaskan, Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB) Medan harus berpartisipasi dalam berkegiatan politik. Namun, bukan berarti pihak gereja ikut serta dalam politik.

Hal ini mengingat bahwa perayaan Natal untuk khotbah harus fokus pada etika moral bukan tentang berpolitik.

“Mengenai tahun politik gereja harus berpartisipasi dalam negara. Cuma gereja hanya memberikan partisipasi,” ucapnya pada IDN Times, Minggu (25/12/2023).

Diketahui bahwa, Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) telah merilis tema Natal 2023 yakni Kemuliaan Bagi Allah dan Damai Sejahtera di Bumi.

GPIB Immanuel Medan berada di Jalan Pangeran Diponegoro No. 25-27, Madras Hulu, Kecamatan Medan Polonia, Kota Medan.

1. Agama itu untuk membangun moral umat

Pdt. Semuel Albertus Zacharias Karinda (IDN Times/Indah Permata Sari)

Pendeta Semuel menegaskan bahwa, agama itu bukan dibawah negara, tapi agama itu membangun moral umat.

“Negara membangun organisasi masyarakat yang besar. Bukan negara tunduk pada agama atau sebaliknya, tapi kita harus tumbuh sejajar. Saling memberikan kontribusi,” katanya.

Apalagi, kemerdekaan Indonesia sudah 78 tahun berjalan. Maka, pesta demokrasi ini harus dibuat baik.

2. Agama berbicara tentang etika moral bukan politik

Gereja Protestan Indonesia Barat (IDN Times/Indah Permata Sari)

Dia berharap pesta demokrasi yang jatuh pada 14 Februari 2024 mendatang akan rukun. Sebab, siapapun pemimpinnya nanti maka yang menang adalah rakyat Indonesia.

Ditegaskannya kembali, jika khotbah atau pembahasan-pembahasan dibawa dalam agama maka itu tidak seharusnya.

“Apalagi soal membawa agama. Sudah gak pas lagi kalau agama dibawa-bawa ke ranah politik cukup agama berbicara tentang etika moral. Agama berbicara tentang relasi hubungan manusia dengan penguasa (Tuhan). Karena semuanya sama dimata Tuhan,” jelas Semuel.

3. Natal bukan tentang pestapora dan baju baru

Gereja Protestan Indonesia Barat/ GPIB Medan (IDN Times/Indah Permata Sari)

Dia berharap negara Indonesia bisa damai-damai saja. Meskipun, sebenarnya konflik di wilayah Indonesia sangat berpotensi dikarenakan memiliki suku lebih banyak.

“Ada orang dari luar pernah bilang, Indonesia ini bisa dijaga. Karena didasari Bhineka tunggal Ika, kami berbeda tapi kami tetap satu,” terangnya.

Dalam perayaan Natal tahun 2023 ini, Semuel menekankan untuk fokus pada etika moral.

“Natal ini kan bukan makan tapi makna, bukan resepsi tapi esensi, kalau cuma sekedar makan mari kita buat Natal ini pesta pora tapi kehilangan makna. Kalau cuma hura-hura pesta pora beli baju baru dan lainnya dihari lain juga bisa dibuat tapi bukan soal resepsi tapi esensi Natal itu apa pengaruh untuk umat itu seperti apa. Itu sebenarnya yang diharapkan terjadi di umat yang akan hadir di dalam gereja nanti,” tutupnya.

Editorial Team