Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi nelayan (pexels.com/Quang Nguyen Vinh)
ilustrasi nelayan (pexels.com/Quang Nguyen Vinh)

Medan, IDN Times – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara (Sumut) tengah mengakselerasi pengembangan kawasan unggulan di sektor kelautan dan perikanan. Melalui konsep ekonomi biru, pemerintah berupaya mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan laut.

Salah satu fokus utama ialah meningkatkan kesejahteraan nelayan dan pembudidaya ikan dengan membentuk Kampung Nelayan Berkah dan Kampung Perikanan Budidaya Berkah, serta memperkuat pengelolaan kawasan konservasi terpadu yang terintegrasi dengan sektor pariwisata.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sumut, Supriyanto. “Meningkatnya kesejahteraan nelayan dan pembudidaya ikan di Sumatera Utara merupakan misi kedua Bapak Gubernur Sumut Bobby Nasution, yakni menjaga stabilitas ekonomi makro,” ucap Supriyanto dalam keterangan tertulis, Sabtu (18/10/2025).

 

 

1. Kampung nelayan berkah dan kampung budidaya jadi pusat ekonomi komunitas

Ilustrasi nelayan (IDN Times/Daruwaskita)

Program Kampung Nelayan Berkah bukan hanya sekadar tempat tinggal nelayan, tetapi juga dikembangkan sebagai pusat kegiatan ekonomi berbasis komunitas. Di sisi lain, Kampung Perikanan Budidaya Berkah diarahkan menjadi sentra produksi ikan yang mampu memenuhi kebutuhan konsumsi lokal dan ekspor.

“Kita sudah melakukan survei untuk penetapan kampung ini,” kata Supriyanto.

Dengan pendekatan ini, pemerintah ingin memastikan agar hasil laut dan budidaya perikanan bisa memberikan nilai tambah ekonomi langsung bagi masyarakat pesisir.

Provinsi Sumut sendiri memiliki luas lautan mencapai 3,8 juta hektare, dengan 229 pulau, termasuk tiga pulau terluar yakni Pulau Simuk, Pulau Wunga, dan Pulau Berhala. Berdasarkan data tahun 2023, terdapat 182.484 nelayan yang tersebar di wilayah ini — terdiri dari nelayan tangkap laut sebanyak 171.814 jiwa dan nelayan perairan umum sebanyak 10.670 jiwa.

2. Produksi ikan sumut capai 605 ribu ton per tahun

ilustrasi nelayan (pexels.com/setengah lima sore)

Kinerja sektor kelautan dan perikanan Sumut menunjukkan potensi besar. Tahun 2023, produksi ikan di provinsi ini mencapai 605.827 ton per tahun, yang berasal dari aktivitas nelayan dan pembudidaya di berbagai kabupaten/kota.

Jumlah pembudidaya ikan di Sumut sendiri mencapai 58.960 jiwa, didukung armada kapal perikanan dalam berbagai ukuran. Tercatat ada 32.814 kapal motor kecil (0–5 GT), 13.282 kapal ukuran menengah (5–30 GT), serta 374 kapal besar (30–300 GT). Selain itu, ada juga 8.587 motor tempel dan 5.927 perahu tanpa motor yang beroperasi di perairan Sumut.

Upaya modernisasi alat tangkap dan pembinaan nelayan terus dilakukan agar hasil tangkapan meningkat tanpa mengorbankan kelestarian sumber daya laut.

3. Konservasi laut jadi pilar ekonomi biru Sumatera Utara

Ilustrasi nelayan (unsplash/Cassiano Psomas)

Selain fokus pada ekonomi dan kesejahteraan, Pemprov Sumut juga menaruh perhatian besar pada kelestarian ekosistem laut. Pemerintah telah menetapkan sejumlah kawasan konservasi laut untuk melindungi habitat penting seperti terumbu karang, mangrove, dan padang lamun — ekosistem yang menjadi rumah bagi beragam biota laut.

“Pemerintah juga telah menetapkan sejumlah kawasan konservasi laut untuk melindungi ekosistem seperti terumbu karang, mangrove, dan padang lamun sebagai habitat bagi berbagai spesies dan biotalaut,” ujar Supriyanto.

Beberapa kawasan konservasi itu tersebar di; Perairan Pulau Berhala seluas 3.762 hektare, Perairan Sawo-Lahewa (Nias Utara) seluas 29.130 hektare, Pulau Salah Nama seluas 3.806 hektare, Perairan Tapanuli Tengah seluas 84.429 hektare, Pulau Pini (Nias Selatan) seluas 44.336 hektare, Pulau Batu (Nias Selatan) seluas 44.939 hektare.

Pengelolaan kawasan konservasi ini menjadi bagian dari komitmen Pemprov Sumut dalam mewujudkan ekologi dan ekonomi biru, di mana pertumbuhan ekonomi sejalan dengan keberlanjutan ekosistem laut.

 

Editorial Team