Batam, IDN Times - Sore itu, 4 September 2025, halaman depan dataran Engku Putri perlahan dipenuhi warna hitam. Puluhan mahasiswa dan masyarakat sipil duduk bersila—melingkar. Mereka membentangkan spanduk, memegang payung-payung hitam yang ditempeli wajah Munir dan korban pelanggaran HAM lainnya.
Di sela orasi, bunga-bunga disebar di atas spanduk, simbol demokrasi yang dinilai mati suri. Malamnya, lilin dinyalakan. Cahaya kecil itu menutup aksi Kamisan perdana di Batam, menyatukan doa, perlawanan, dan tekad untuk melawan hilangnya ruang keadilan di tengah masyarakat.