Pawai Teater Digelar, Tuntut Lapangan Merdeka Dikembalikan ke Awal

Medan, IDN Times - Teater Rumah Mata Bersama Gerakan Koalisi Masyarakat Sipil (KMS) Medan yang tergabung dalam Jejaring Masyarakat Sipil Medan-Sumatra Utara Peduli Tanah Lapang Merdeka menginisiasi Kolaborasi Parade Sahabat Pengadilan. Mereka melakukan pawai teater sebagai bentuk upaya mendukung gugatan Perbuatan Melawan Hukum (PMH) perihal Revitalisasi Lapangan Merdeka Medan (perkara No. 101/Pdt.G/2024/PN Mdn) yang dilakukan Tim 7 Menggugat melalui Kuasa Hukum mereka. Teater Pawai ini digelar mulai dari Pos Bloc sampai Pengadilan Negeri Medan.
“Pawai teater merupakan pertunjukan teater yang berangkat dari isu-isu terkini terkait kebijakan ataupun keputusan pemerintah yang mempengaruhi tatanan sosial, budaya dan ekonomi di suatu kawasan. Dalam praktiknya pawai teater ini bergerak dari satu lokus ke lokus lainnya, bisa dua lokus atau lebih. Pawai tater digelar sebagai ekspresi kritik, dukungan atau pun perayaan terhadap kebijakan yang berdampak pada hajat hidup orang banyak,” ungkap Agus Susilo, Ketua Teater Rumah Mata.
1. Melakukan gerak pantomim sebagai simbolisasi perlawanan
Dalam gelaran Teater Pawai yang bergerak dari Pos Bloc, Jejaring Masyarakat Sipil Medan-Sumatra Utara Peduli Lapangan Merdeka mengenakan berbagai kostum, properti bunga, balon, payung dan melakukan gerak pantomim sebagai simbolisasi keinginan masyarakat Kota Medan terhadap konsep awal kota, yaitu Garden City yang Asri, Nyaman dan Cerdas.
“Kota Medan itu didesain layaknya kota-kota di Eropa, seperti kota di Tengah Taman. Makanya disebut Garden City. Maka kalau kita melihat tata ruangnya, kota Medan selalu dikelilingi pepohonan besar yang rindang. Bangunan-banguannya juga bercorak Eropa. Di sekitar Kawasan Lapangan Merdeka berdiri Kantor Pos, Stasiun Kereta Api, Balai Kota, Hotel, Perkantoran dan tempat pertemuan. Lapangan Merdeka dijadikan pusat pertemuan dan aktivitas kota yang asri dan nyaman, “ ungkap Miduk Hutabarat, salah satu Tim 7 Medan Menggugat.
2. Tim 7 Medan Menggugat menilai revitalisasi Lapangan Merdeka Medan telah menyalahi Undang-Undang
Lanjutnya, konsep garden city ini secara sporadis dihancurkan para pembuat kebijakan di daerah. Hingga, beberapa bangunan dan cagar budaya berubah jadi hotel, mal, pusat perbelanjaan dan perkantoran.
Selain itu juga, menurut Tim 7 Medan Menggugat yang paling hangat hingga kini proses Revitalisasi Lapangan Merdeka Medan yang telah menyalahi Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
“Kami melihat tujuan Revitalisasi Lapangan Merdeka sangat kental komersialisasi, yang indikatif akan menggeserfungsi pokoknya sebagai Ruang Publik. Upaya RevitalisasiLapangan Merdeka pada akhirnya akan merusak Otensitas & Identitas Lapangan Merdeka Medan sebagai lokus ProklamasiKemerdekaan RI di Kota Medan. Revitalisasi ini juga akan membuat Medan menjadi kota eksklusif. Padahal Lapangan Merdeka sebelum direvitalisasi bisa menghadirkan spirit inklusivitas kota,” lanjut Miduk Hutabarat menjelaskan.
Berangkat dari pemikiran tersebutlah maka Teater Rumah Mata Bersama Gerakan Koalisi Masyarakat Sipil(KMS) Medan menginisiasi gelaran Teater Pawai sebagaiprosesi untuk penyerahan Sahabat Pengadilan ( AmicusCuriae ) dari Lapangan Merdeka ke PN Medan. Prosesi ini menghadirkan bunga dan balon sebagai bahasa masyarakat sipil rindu hidup yang nyaman dan ceria di Kota Medan.
3. Ada delapan ratusan orang yang menandatangani Amicus Curiae
Dia mengatakan bahwa, penyerahan Sahabat Pengadilan (Amicus Curiae) sebagai tanda kepedulian terhadap pengrusakan Situs Proklamasi Republik Indonesia di Medan atas perkara yang akan diputuskan omajelis hakim.
“Ada delapan ratusan orang yang menandatangani Amicus Curiae ini sejak 13 November hingga 18 November 2024 dari berbagai latar belakang pendidikan dan profesi," ungkap Miduk Hutabarat ketika prosesi penyerahan Sahabat Pengadilan ke Pengadilan Negeri Medan.
Dalam prosesi penyerahan ini, Tim dari Jejaring Masyarakat Sipil Medan Peduli Lapangan Merdeka memberikan bunga dan balon dihantar gerak pantomime.
“Cagar Budaya di Kota Medan, terutama yang berada di kawasan sekitar titik nol harus kita rawat dan lestarikan. Sebagai bentuk perjuangan kita mempertahankan keotentikandan identitas kota. Kami menggelar Teater Pawai ini untuk memanggil seluruh Masyarakat kota Medan menggerakkan kesadaran Bersama untuk melindungi dan melestarikan cagarbudaya kota,” kata Agus Susilo.