Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_20250812_112830.jpg
Andika dan Jefri saat ditemui di kediamannya (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Deli Serdang, IDN Times - Iktikad warga Desa Bandar Klippa, Percut Seituan, bernama Andika (18) dan Jefri Santoso (44) dibalas dengan tindakan tak menyenangkan oknum Pegawai Negeri Sipil (PNS) baru-baru ini. Dua saudara itu alih-alih mendapat kekerasan bahkan dibakar pakai bensin usai mengaku bersalah dan ingin meminta maaf secara langsung karena telah mencuri ubi di sebuah ladang yang ada di dekat kediaman mereka.

Akibat insiden pembakaran itu, Andika terpaksa harus mendapat perawatan. Wajah, dada, hingga tangannya mengalami luka bakar cukup parah dan kini diolesi obat-obatan agar lukanya dapat segera mengering.

Atas peristiwa yang menimpa mereka, Andika dan Jefri telah mantap mengadukan hal ini ke polisi. Termasuk pula melaporkan pelaku pembakaran yang ternyata merupakan berstatus PNS itu.

1. Andika dan Jefri niat meminta maaf setelah mencuri ubi sebanyak 2 karung

Kediaman Andika di Percut Seituan (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Peristiwa pencurian ubi yang dilakukan oleh Jefri dan Andika terjadi di satu ladang milik kelompok tani. Kala itu mereka mengambil ubi pada pagi hari sekitar pukul 05.00 WIB dengan membawa 2 karung.

Namun, aksi yang dilakukan mereka pada akhirnya ketahuan hingga Andika dan Jefri memilih untuk melarikan diri saat itu juga. Karena diselimuti rasa panik, sepeda motor dan ubi-ubi hasil curian mereka tertinggal di ladang begitu saja.

"Kami datang lagi ke sana bermaksud untuk meminta maaf. Karena kami sudah mencuri ubi mereka sebanyak 2 karung. Baru kali ini mencuri. Kami mencuri paginya, nah siangnya kami dipanggil untuk minta maaf. Kalau minta maaf, barangkalai mereka terima katanya. Dan begitu sampai di sana, kami dipukuli di dekat sebuah gubuk," kata Jefri kepada IDN Times, Selasa (12/8/2025) siang.

Belasan orang ternyata sudah menunggu mereka di gubuk tersebut. Mulanya Jefri tak curiga, sampai pada akhirnya saudaranya yang bernama Andika dibawa mereka ke tempat lain yang tak jauh dari gubuk itu.

"Andika ditarik di gubuk lain, kami dipisahkan. Saya melihat mereka membawa bensin. Mereka mengancam kami dibakar. Saat Andika dibakar saya tak tahu. Saya hanya dipukuli sampai memar saja. Sekitar 8 orang yang memukul saya termasuk oknum Brimob," lanjutnya.

2. Andika dibakar oleh seorang diduga berstatus PNS

Andika dan Jefri saat ditemui di kediamannya (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Sementara itu, Andika juga tak urung membeberkan insiden yang membuat dirinya hampir meninggal akibat dibakar hidup-hidup. Andika membenarkan bahwa ia ditarik sejumlah orang di ladang dan memisahkannya dengan saudaranya bernama Jefri.

"Pelaku bilang mau bakar saya. Tentu saya menolak dan berkali-kali mencoba meminta maaf. Saya ditanya bisa gak gantinya (kerugian), tapi saya langsung disiram bensin. Wajah saya disepak dia. Baru saya dibakar," aku Andika.

Ia membenarkan bahwa yang melakukan pembakaran terhadapnya merupakan seorang PNS berinisial HR. Saat melakukan tindakan itu pun HR disebutnya masih memakai pakaian rapi.

"Yang bakar iya HR, oknum PNS. Saya udah mohon-mohon, tapi dia tetap bakar saya. Akhirnya saya sendiri yang memadamkan. Saya buka baju saya, terus dipijak-pijaknya baju saya. Baru saya lari (dengan luka bakar)," ungkapnya.

3. Kadus: antara pelaku dan Andika sempat berdamai

Arianto selaku Kepala Dusun I Desa Bandar Klippa (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Insiden pembakaran ini turut dibenarkan oleh Arianto selaku Kepala Dusun 1 Desa Bandar Klippa, Percut Seituan. Ia mengetahui peristiwa ini setelah istri Jefri dan keluarga Andika mengadu kepadanya.

"Awalnya si Jefri dan Andika itu mencuri ubi. Cuma gak ketangkap, mereka lari. Jadi yang tinggal di situ sepeda motor dan barang bukti ubinya. Jadi datanglah istrinya ke warung. Melapor ke kita untuk bantu Jefri ini tadi. Disarankan ke sana minta maaf di tempat dia mencuri," sebut Arianto.

Tak begitu lama keluarga Andika kembali datang dan mengatakan bahwa pria berusia 18 tahun itu sudah menjadi korban pembakaran. Saat itu pula Arianto langsung menuju ke lokasi kejadian.

"Di sana, saya tanya kepada Jefri siapa yang dibakar? Andika katanya, dibakar di gubuk sebelah. Jadi, inisden pembakaran itu saya tidak tahu. Tapi versi si jefri saya tanya, bahwa si Andika ditarik dibawa jalan ke depan masjid dekat gubuk di situ dibakar. Yang bakar HR, PNS dia. Bertugas di mana saya tidak tahu," beber Arianto.

Sempat terjadi bersitegang antara Arianto dengan pelaku. Karena pelaku sendiri disebut Arianto mengaku bahwa sudah sepatutnya maling dibakar.

"Ramailah masyarakat ke lokasi, demo mereka menanyakan kenapa rekannya dibakar. Saya tanya sama pelaku, bagaimana soal anak yang dibakar itu. Kalau bisa damai, katanya. Saya bilang yaudah datangilah keluarganya. Barulah mereka berjanji berdamai," rinci Kepala Dusun.

Perjanjian damai tersebut, pelaku diwajibkan untuk membiayai semua perobatan Andika. Kendati sempat berdamai, hubungan keduanya kini keruh kembali.

"Biaya perobatan ditanggung oleh pelaku. Dibawa korban berobat ke RS Mitra Medika. Diberilah biaya perobatan itu. Terus disuruh pulang (sama pelaku). Di situlah kasus ini kembali booming. Gak terima keluarganya Andika disuruh pulang karena belum sembuh dan masih luka-luka. Damai ini gak sesuai harapannya sama keluarga tadi. Karena gitu dibayar langsung disuruh pulang. Kalau soal Jefri iya dia sempat dipukuli juga. Iya pelaku pemukulan (oknum brimob)," pungkasnya.

Editorial Team