Bincang virtual ini menggambarkan permintaan yang meningkat dari masyarakat terhadap produk-produk berkelanjutan, seiring manfaat dan dampak positifnya bagi lingkungan dan kehidupan manusia semakin banyak diketahui masyarakat luas.
Faktanya, hasil studi terbaru oleh MarkPlus, mengungkap 82 persen responden bersedia mengubah konsumsi harian produk-produk yang mengandung minyak kelapa sawit dengan produk yang menggunakan minyak kelapa sawit berkelanjutan, ketika pilihan produknya tersedia. Saat ini, meski produk-produk yang menggunakan minyak kelapa sawit berkelanjutan sudah tersedia, konsumen masih sulit menemukannya karena penggunaan ekolabel pada produk-produk tersebut yang sangat terbatas.
“Hingga minyak sawit berkelanjutan menjadi 'norma', konsumen harus diberi pilihan untuk memahami bahwa ada berbagai cara untuk memproduksi minyak sawit. Pelabelan produk yang mengandung minyak sawit berkelanjutan bersertifikat dan penggunaan label RSPO memberikan indikasi yang jelas kepada konsumen tentang produk mana yang mengandung minyak sawit yang 'baik'. Inilah mengapa RSPO berkomitmen untuk melibatkan semua pemangku kepentingan untuk membuat produk minyak sawit berkelanjutan dikenal dan dapat diakses, tidak hanya untuk konsumen di Indonesia, tetapi di seluruh dunia, ” jelas Imam A. El Marzuq, Senior Manager Global Community Outreach & Engagement RSPO.
Pandemik COVID-19 memunculkan tantangan baru yang mendorong konsumen dan produsen untuk mengubah kebiasaan lama dan mulai membuat keputusan yang berdampak positif bagi masyarakat.
“Kami melihat pandemi COVID-19 telah memberi pembelajaran dan mendorong masyarakat untuk memikirkan kembali gaya hidup dan pola konsumsi mereka, yang kemudian mendorong masyarakat untuk menggunakan produk yang berkelanjutan, termasuk konsumsi minyak sawit berkelanjutan. Selanjutnya, produsen harus benar-benar memastikan seluruh rantai pasoknya menerapkan prinsip berkelanjutan dan patuh terhadap peraturan dan perundang-undangan serta mulai menyediakan produk-produk ramah lingkungan dan berkelanjutan yang mudah diidentifikasi oleh konsumen. Konsumen juga harus kritis dan memprioritaskan pembelian produk-produk ramah lingkungan dan berkelanjutan,” ujar Edi Sutrisno, Direktur Transformasi untuk Keadilan Indonesia.